Gerakan Banten Bercerita: Menanam Benih Indonesia Emas Lewat Kisah Ibu dan Anak


Serang, BantenGate.id—Di sebuah ruang Gedung PKK Provinsi Banten, KP3B Curug, Kota Serang, terungkap sebuah diskusi  tentang harapan, masa depan anak-anak, dan Indonesia Emas 2045  yang mengalir dari hati seorang ibu—Tinawati Andra Soni, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Banten,  Kamis (17/7/2025).

Bacaan Lainnya

“Gerakan literasi dan bercerita dapat memberikan dampak positif, khususnya bagi anak-anak kita,” ujarnya, saat menerima kunjungan para jurnalis Pokja Wartawan Harian dan Elektronik Provinsi Banten.

Bagi Tinawati, literasi bukan sekadar soal membaca dan menulis. Ini tentang membuka jendela dunia bagi generasi mendatang. Dan bercerita—satu kegiatan sederhana namun sarat makna—menjadi jembatan yang menjadikan literasi terasa lebih akrab, lebih hangat, lebih mengalir di tengah kehidupan keluarga.

Ia menekankan pentingnya sinergi semua pihak, termasuk media massa, dalam menyukseskan gerakan ini. “Tentunya hal ini juga butuh kolaborasi dan sinergi semua pihak,” katanya dengan nada penuh optimisme.

Gagasan sederhana namun bermakna besar datang dari Pokja Wartawan Harian dan Elektronik Provinsi Banten. Melalui Gerakan Banten Bercerita, mereka ingin mengembalikan tradisi bercerita antara ibu dan anak yang kini mulai tergerus oleh layar gadget dan kesibukan zaman.

Ken Supriyono, Wakil Ketua Pokja, menyebut bahwa gerakan ini dirancang untuk meningkatkan minat baca di Banten, yang selama ini dinilai masih rendah. “Dengan kegiatan bercerita, diharapkan anak-anak kembali mencintai buku, bukan sekadar layar,” ungkapnya.

Lebih dari sekadar strategi pendidikan, Banten Bercerita adalah upaya merawat ikatan batin antara ibu dan anak. Dalam peluk ibu, di tengah malam atau senja yang lengang, kisah-kisah bisa menjadi cahaya pertama yang menuntun anak memahami dunia.

“Anak yang rutin dibacakan cerita akan memiliki pengingat dan daya dukung emosional yang kuat,” tambah Supriyono.

Salah satu penggagas gerakan, Wahyu Arya, menambahkan bahwa literasi selama ini kerap dianggap sebagai sesuatu yang kaku, hanya untuk kalangan terdidik atau kutu buku. Namun lewat pendekatan yang lembut dan menyenangkan—seperti bercerita—literasi bisa hadir di ruang keluarga, taman bermain, bahkan dapur rumah.

“Literasi bisa dilakukan dengan cara sederhana dan hangat. Kita bisa mulai dengan kisah sebelum tidur, dongeng lokal, atau cerita masa kecil orang tua,” jelas Wahyu.

Ia percaya, ibu adalah tokoh sentral dalam menyukseskan gerakan ini. Karena bukan hanya mendongeng, seorang ibu juga sedang menanamkan nilai, imajinasi, bahkan cinta pertama anak pada buku dan bahasa.

Cita-cita Indonesia Emas 2045, kata Tinawati, bukan hanya tentang teknologi dan industri. Ini tentang manusia—anak-anak hari ini yang kelak menjadi pemimpin, pemikir, dan penggerak negeri. Dan semua itu, sejatinya, dimulai dari rumah.

Dari kisah seekor kancil, legenda Ciung Wanara, hingga dongeng-dongeng ibu yang tak tertulis dalam buku sejarah, anak-anak belajar mencintai kata, menghargai makna, dan bermimpi lebih tinggi.

Gerakan Banten Bercerita mungkin sederhana. Namun ia adalah sebuah gerakan sunyi yang menyalakan lentera di dada anak-anak kita. Dan siapa sangka, dari ruang baca kecil di rumah, Indonesia Emas bisa disemai.--(dimas)

Pos terkait