MAHEFF 2025 Jadi Panggung Harapan Para Sineas Muda: Merangkai Cerita dari Ranah Minang

Tanah Datar, Bantengate.id — Suasana Lapangan Cindua Mato (LCM), Tanah Datar,  terasa hangat oleh tawa, tepuk tangan, dan gemuruh semangat para pecinta film yang memadati lokasi pada Sabtu malam, 26 Juli 2025. Malam itu, Malayapura Heritage Film Festival (MAHEFF) 2025 resmi ditutup, menandai akhir dari perjalanan sebuah festival film pendek yang tidak hanya memutar karya, tapi juga menyalakan harapan.

Bacaan Lainnya

Dari balik layar, para sineas muda dan masyarakat Tanah Datar menyatu dalam perayaan budaya yang menggugah hati. Empat film pendek diputar pada malam penutupan—Bunga Rampai, Perempuan Berlumur Lumpur, Pabaruak, dan Yang Telah Lama Hilang—menjadi penanda bahwa kisah-kisah lokal tetap relevan dan hidup lewat bahasa sinema.

Kehadiran tokoh-tokoh penting turut menambah semarak malam penghargaan. Terlihat Sekretaris Dirjen Pengembangan Pemanfaatan dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI, Didin Wahyudin, hadir bersama perwakilan Gubernur Sumatera Barat, Kepala Dinas Kominfo Sumbar, Siti Aisah. Bupati Tanah Datar diwakili oleh Kadis Parpora, Riswandi, serta hadir pula Kepala BPK Wilayah III, Medit Nurcahyo, dan Direktur MAHEFF, Dafriansyah Putra beserta tim, dewan juri, para sineas, dan masyarakat umum.

film Bunga Rampai keluar sebagai Juara I dan menyabet Piala MAHEFF, piagam penghargaan, serta uang tunai Rp10 juta.–(foto: yen)

Suasana haru bercampur bangga terasa ketika dewan juri yang dipimpin oleh Muhammad Zaki membacakan para pemenang. Untuk kategori umum, film Bunga Rampai keluar sebagai Juara I dan menyabet Piala MAHEFF, piagam penghargaan, serta uang tunai Rp10 juta. Di posisi kedua, Euis Pulang membawa pulang Rp8 juta, sementara Nan Tajalajah berada di posisi ketiga dengan hadiah Rp6 juta.

Di kategori pelajar, cahaya kemenangan jatuh kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, lewat karya Yang Telah Lama Hilang. Sebuah kemenangan yang tidak hanya membanggakan sekolah mereka, tetapi juga membuka pintu masa depan bagi dunia perfilman pelajar di Sumatera Barat.

Eko Doni Putra, sutradara Bunga Rampai, menyampaikan harapannya agar MAHEFF terus berlanjut setiap tahunnya dan digelar di berbagai kota di Sumatera Barat. “Program-program seperti MAHEFF ini luar biasa. Fokusnya tidak hanya pada film, tapi juga menyentuh masyarakat daerah. Kategori pelajar sangat penting karena ini cara kita menumbuhkan keberanian generasi muda untuk berkarya,” tuturnya dengan penuh semangat.

Baginya, film bukan hanya tontonan, tapi cermin yang merekam denyut kehidupan. Harapan Eko sederhana namun bermakna: agar sekolah-sekolah, khususnya SMK dan SMA yang memiliki minat di bidang seni dan film, mulai mendorong siswanya untuk berani menciptakan film pendek sebagai alternatif tontonan yang kaya nilai dan jujur pada realitas lokal.

Malam itu, di tengah gemuruh tepuk tangan dan langit yang mulai gelap, bukan hanya para pemenang yang bersinar. MAHEFF 2025 telah menyalakan obor kecil di dada setiap anak muda Tanah Datar, bahwa kisah mereka layak didengar, dan bahwa lewat film, suara-suara kecil dari kampung bisa menggema hingga ke layar-layar besar.--(murni yenti)

Pos terkait