Gotong Royong dan Keikhlasan Warga: Masjid Jami’ Al-Muttaqien Berdiri di Desa Cikulur

Masjid Jami' Al-Muttaqien, di Kampung Naretel, Desa Cikulur, Kab.Lebak, swadaya masyarakat.--(foto:ist)

Lebak, BantenGate.id — Di tengah kesederhanaan hidup masyarakat pedesaan, semangat gotong royong dan keikhlasan kembali melahirkan kebanggaan baru. Sebuah masjid kini berdiri di Kampung Wargahayu, Desa Cikulur, Kabupaten Lebak. Masjid yang diberi nama Jami Al-Muttaqien itu menjadi simbol persatuan dan bukti nyata bahwa niat tulus mampu mewujudkan impian bersama.

Bacaan Lainnya

Pembangunan masjid ini berawal dari keinginan warga memiliki tempat ibadah yang lebih layak. Selama bertahun-tahun, masyarakat setempat hanya mengandalkan sebuah mushola kecil untuk beribadah berjamaah.

“Maklumlah keadaan di kampung, fasilitas terbatas. Tapi semangat warga luar biasa,” tutur Kurdi Kusnata, warga asli Cikulur yang kini menetap di Pontianak, Kalimantan Barat, saat pulang ke kampung halaman kepada BantenGate.id, pada Sabtu (4/10/2025).

Sekitar tiga tahun lalu, Kusnata—pensiunan PNS Kementerian PUPR—pulang ke kampung halamannya. Dalam pertemuan dengan warga dan sahabat lamanya, muncul harapan bersama untuk membangun sebuah masjid. Momen itu kemudian menjadi titik awal dari perjalanan panjang berdirinya Masjid Jami’ Al-Muttaqien.

Kusnata bersama warga, saat pulang kampung datirantau tiga tahun lalu dan cikal bakal musyawarah beridirnya Masjid Jami  Al-Muttaqien.–(foto: ist)

“Saya memiliki sebidang tanah warisan dari almarhum ayah saya, Alimuddin, seluas 52 x 22 meter. Bagian tanah warisan yang menjadi hak saya itu diwakafkan untuk kepentingan umat. Biar jadi amal jariyah, mudah-mudahan membawa berkah bagi semua,” ujar Kusnata.

Masjid berukuran 15 x 15 meter itu kini baru selesai sekira 85 persen. Beberapa bagian seperti lantai keramik dan finishing akhir masih dalam proses penyempurnaan. Seluruh pembangunannya dilakukan secara swadaya, dengan gotong royong masyarakat dan dukungan para dermawan.

“Dari awal kami sepakat, pembangunan ini harus dengan cara yang halal dan penuh barokah. Biar sedikit demi sedikit, asal berkah,” kata Ustadz Eli, penggerak utama pembangunan masjid tersebut.

Semangat kebersamaan warga pun tampak luar biasa. Mereka saling bahu membahu—mulai dari mengangkut bahan bangunan, mengumpulkan dana seadanya, hingga meminta sumbangan kepada para musafir yang melintas di jalan desa. Bantuan juga datang dari berbagai pihak, termasuk Ustadz Ajat Sudrajat, Pimpinan Pondok Pesantren Alfatihah Cibadak, yang turut memberikan dukungan besar terhadap kelanjutan pembangunan.

Sementara Ketua Pembangunan Masjid Jami Al-Muttaqien, M. Enur, menyampaikan terimakasih kepada seluruh masyarakat dan para dermawan yang sudah menyisihkan sebagian rezeki, tenaga dan pemikiran untuk pembangunan masjid. “Insya Allah amal jariyah kita semua akan memperoleh balasan setimpal dari Allah SWT,”kata M. Enur.

Kini, masjid dengan kubah khas masjid di Banten, sudah berdiri. Dari kejauhan tampak begitu indah, seolah menjadi penanda kebangkitan spiritual masyarakat Desa Cikulur. Selain sebagai tempat salat berjamaah, masjid ini juga akan menjadi pusat kegiatan keagamaan—seperti pengajian, majelis taklim, dan pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak melalui TPA.

Masjid ini bukan hanya bangunan, tapi wujud cinta dan kebersamaan kami. Dari warga, untuk warga, dan untuk generasi setelah kami,” ungkap Ustad Eli.

Dengan berdirinya Masjid Jami’ Al- Muttaqien, warga Desa Cikukur berharap semangat gotong royong dan kepedulian sosial terus terpelihara. Sebab di balik setiap batu dan semen yang menegakkan masjid itu, tersimpan niat suci untuk membangun peradaban—dimulai dari tempat sujud yang penuh berkah.–(red)

Pos terkait