Bandung, BantenGate.id – Penyanyi cilik berbakat Aisha Kamila, yang sebelumnya dikenal lewat penampilannya di Superkids Senada Digital, kembali mencuri perhatian dengan merilis mini album terbarunya bertajuk “Sosobatan”. Melalui album ini, Aisha menghadirkan enam lagu berbahasa Sunda yang dikemas dalam warna musik jazz fusion dan groove, memberikan nuansa segar sekaligus modern bagi generasi muda.
Produser sekaligus pemilik Senada Digital Records, Rulli Aryanto, menjelaskan bahwa perjalanan musikal Aisha telah melalui proses yang panjang dan penuh dedikasi.
“Aisha memiliki potensi besar untuk mengangkat lagu-lagu Sunda, terlebih karena latar belakang keluarganya yang kuat sebagai urang Sunda. Intuisi saya mengatakan Aisha adalah sosok yang tepat,” ujar Rulli pada Selasa (25/11/2025).
Mini album Sosobatan berisi enam lagu, masing-masing berjudul Helok Ka Anjeun, Kuat Jeung Hebat, Prakkeun Kalayan Ati, Ciibun, Sosobatan, dan Tuwuh Tumuwuh. Album tersebut resmi dirilis dan dapat dinikmati melalui berbagai platform musik digital sejak 19 November 2025.
Album ini diproduksi melalui program Belajarmusiks, yang tidak hanya mengajarkan teknik rekaman tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang penghayatan lagu. Menurut Rulli, pendalaman interpretasi sangat penting bagi perkembangan karakter vokal Aisha.
“Seorang penyanyi harus membawakan lagu dengan teknik dan penghayatan yang benar. Itulah yang kami tanamkan kepada Aisha,” jelasnya.
Aisha sendiri mengakui bahwa proyek ini bukan tanpa tantangan. Menggabungkan lirik bahasa Sunda dengan genre jazz fusion memerlukan penyesuaian khusus tanpa meninggalkan karakter dirinya sebagai penyanyi anak.
“Perbedaan dengan single Neng Pasundan sangat terasa. Di Sosobatan, saya membawakan enam lagu yang lebih menantang secara aransemen dan lirik,” ujarnya.
Ia juga menyebut bahwa penggunaan sajak dan syair Sunda membuat proses penghafalan lirik lebih kompleks, namun sekaligus menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Aisha berharap karya terbarunya ini dapat menginspirasi generasi muda untuk bangga pada bahasa dan budaya daerah masing-masing.
“Musik adalah cara yang menyenangkan untuk melestarikan budaya. Saya berharap anak-anak lain juga bisa mengenalkan budaya daerah mereka lewat musik populer,” ujarnya.
Dalam proses kreatif, Aisha mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Ibunya, Susy Susanti, mengaku sangat bahagia dapat berkolaborasi bersama sang anak.
“Ini bukan hanya dukungan terhadap bakat anak, tapi juga kenangan indah yang ingin kami tinggalkan bersama,” tutur Susy.
Sementara itu, sang ayah, Sendi Setia Permadie, menekankan pentingnya peran keluarga dalam menanamkan kecintaan budaya pada anak.
“Budaya adalah identitas. Kami berusaha membuka wawasan Aisha tentang kearifan lokal Sunda,” katanya.
Sendi juga mengapresiasi keberanian Aisha mencoba genre baru dalam musik Sunda, yang menurutnya dapat membuka ruang lebih luas bagi perkembangan musik daerah.
Mini album Sosobatan digarap melalui kolaborasi sejumlah musisi dan tenaga kreatif. Rulli Aryanto bertindak sebagai penulis lagu sekaligus produser. Harist Ciwit berkontribusi dalam penerjemahan lirik, sementara Tixxy menangani produksi musik. Deretan musisi seperti 13NDRL, Tixxy, dan Pak Imo memperkaya warna musik melalui programming, synthesizer, drum, bass, dan gitar.
Proses vokal diarahkan oleh Tixxy dan Rulli Aryanto, dengan DBL sebagai vocal tracker. Editing vokal dilakukan di Belajarmusiks Studio’s sebelum masuk ke tahap mixing dan mastering oleh Revemayuzumi.
Dari sisi visual, produksi video dan artwork melibatkan BikinKlips dan ilustrator Narayuda. Album ini berada di bawah naungan Senada Digital Records, sementara lisensi musik tercatat melalui Wahana Musik Indonesia (WAMI). Distribusi digital dilakukan oleh PasarLagu dan The Orchard.
Sebagai penutup proses kreatif, Napakboemi Panca Senada turut hadir sebagai produser eksekutif yang memastikan visi album berjalan utuh hingga rilis. Peluncuran mini album Sosobatan bukan sekadar momentum musikal bagi Aisha Kamila. Lebih dari itu, album ini menjadi kontribusi nyata dalam upaya melestarikan bahasa dan budaya Sunda melalui musik modern yang lebih dekat dengan generasi muda.–(Muhammad Fadhli)








