Bunda Literasi Banten, Tinawati Andra Soni: Gaungkan Gerakan Literasi dari Lembur Kula

Bunda Literasi Banten,Tinawati Andra Soni, di acara Shelf and Sound Peringatan Hari Anak Nasional tahun 2025 di Wisata Lembur Kula, Desa Pasir Peuteuy, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang.--(foto: adpim)

Pandeglang, BantenGate.id—Di tengah rindangnya pepohonan dan semilir angin yang menyapu tenang kawasan wisata Lembur Kula, semangat literasi menemukan rumah barunya. Pada peringatan Hari Anak Nasional 2025, suara yang lembut namun penuh makna datang dari sosok perempuan yang selama ini dikenal sebagai penggerak literasi di Banten—Tinawati Andra Soni, Bunda Literasi Provinsi Banten.

Bacaan Lainnya

“Gerakan literasi tidak bisa berhenti. Ia harus terus digaungkan, terutama kepada anak-anak dan generasi muda kita,” ujar Tinawati usai menghadiri acara Shelf and Sound di Desa Pasir Peuteuy, Kecamatan Cadasari, Pandeglang,Rabu (23/7/2025).

Acara tersebut menandai peresmian Perpustakaan Jagaraksa, sebuah pojok baca yang terletak di tengah suasana alam kuliner Lembur Kula. Konsep ini bukan sekadar menghadirkan buku di ruang terbuka, tetapi menjadikan aktivitas membaca sebagai bagian dari pengalaman berwisata yang menyenangkan.

“Ini menarik sekali. Membaca bisa menjadi hiburan edukatif bila didampingi suasana yang menyenangkan. Anak-anak datang bukan hanya untuk rekreasi, tapi juga bisa pulang membawa cerita dan ilmu,” kata Tinawati sambil tersenyum.

Baginya, gerakan literasi tidak cukup digerakkan dari sekolah semata. Justru keluarga—rumah tangga—adalah ruang awal yang harus disemai dengan budaya membaca dan berpikir kritis. Oleh karena itu, ia berharap taman-taman baca semacam ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan juga para pelaku usaha.

Rumah Cahaya bagi Generasi

Acara juga dimeriahkan dengan talkshow bersama komunitas Gelas Kosong, serta peluncuran lagu berjudul Rumah Cahaya oleh Nabila Fajra Nadira feat Arie Solois dan Albe—lagu yang kemudian diserahkan kepada Bunda Literasi sebagai simbol dukungan gerakan literasi yang ramah dan penuh harapan.

Rumah Cahaya, sebagaimana namanya, menjadi metafora yang kuat. Bahwa perpustakaan dan ruang baca bisa menjadi pelita, penerang di tengah zaman yang makin bising oleh distraksi.

“Gerakan seperti ini akan kami promosikan terus, bukan hanya di sektor pariwisata, tapi juga dalam pendekatan pendidikan keluarga,” ungkap Tinawati.

Ia juga menyampaikan harapannya agar pelaku usaha lain ikut membuka pojok baca di tempat mereka masing-masing. Dengan penuh keyakinan, ia menyampaikan bahwa inisiatif-inisiatif seperti inilah yang dapat menguatkan fondasi menuju cita-cita besar: Indonesia Emas 2045.

Menanam Pengetahuan di Tempat Wisata

Owner Lembur Kula, Ade Kardiana, menegaskan bahwa Perpustakaan Jagaraksa terbuka untuk umum, dengan desain rak buku yang mudah diakses agar pengunjung bebas membaca kapan pun mereka mau.

“Wisata harus punya sisi edukasi. Kita ingin pengunjung pulang dengan ilmu, bukan hanya foto,” ujar Ade.

Senada dengan itu, penggiat literasi Aip Rochadi menyampaikan harapannya agar ruang-ruang baca yang hadir di destinasi wisata dapat melahirkan kebiasaan baru: membaca sebagai bagian dari kebahagiaan.

“Semoga perpustakaan ini menjadi ruang yang menyenangkan, agar membaca bukan lagi kewajiban, tapi kebutuhan,” katanya.

Perpustakaan Jagaraksa adalah hasil kolaborasi berbagai pihak: Bunda Literasi Banten, Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Banten, PT Titipan Kilat (TIKI), serta Wisata Alam Lembur Kula. Sinergi yang menunjukkan bahwa literasi bukan sekadar urusan guru dan buku—tetapi gerakan kolektif yang menembus batas-batas profesi dan sektor.

Dari pojok baca yang bersahaja di tengah alam Pandeglang ini, harapan besar tumbuh: bahwa setiap anak bisa mengenal dunia dari lembar demi lembar buku, diiringi canda dan tawa bersama keluarga, di tempat yang tak pernah kita kira akan menjadi rumah bagi cahaya.--(ridwan)

Pos terkait