Deden Apriandhi Dilantik sebagai Sekda Banten: Dari Aktivis Pemuda ke Pucuk Birokrasi  

H. Akhmad Jajuli

Oleh: H. Akhmad Jajuli

(Pengurus DPD KNPI Banten 2001–2004 dan Pengurus DPP KNPI 2003–2006)

Bacaan Lainnya

 

Gubernur Banten Andra Soni,  melantik H. Deden Apriandhi Hartawan, S.STP., M.Si., sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten. Pelantikan berlangsung di Pendopo Gubernur Banten, Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang, hari  ini, Rabu 9 Juli 2025 .

Deden resmi menjadi Sekda definitif setelah sebelumnya ditunjuk sebagai Pelaksana Harian (Plh) Sekda sejak Mei 2025. Pengangkatannya menandai fase baru dalam kepemimpinan birokrasi tertinggi Pemprov Banten, yang selama dua dekade terakhir telah silih berganti diisi oleh berbagai sosok.

Sejak berdiri pada 4 Oktober 2000, Provinsi Banten telah mengalami berbagai pergantian pimpinan, termasuk di posisi Sekda. Mereka yang pernah mengisi jabatan tersebut antara lain: Ayif Muflich, Chaeron Muchsin, Achmad Hilman Nitiamidjaja, Muhadi, Kurdi Matin, Ranta Suharta, Ino Sutisno Rawita, Al Muktabar, serta sederet Plh dan Pj seperti Asmudji HW, Mochamad Trenggono, Virgojanti, Usman Ashidiqi Qohara, Nana Supiana, hingga Deden sendiri sebelum dilantik secara definitif.

Deden Apriandhi lahir di Pandeglang pada 28 April 1975. Pada hari pelantikan ini, usianya genap 50 tahun lebih 71 hari. Ia dikenal sebagai sosok birokrat yang meniti karier dari bawah. Publik Banten mengenalnya sebagai putra dari Maman Rizal, seorang Guru Besar Paguron Persilatan TTKKDH (Tjimande Tarik Kolot Kebon Djeruk Hilir), pengusaha, dan mantan anggota DPRD Kabupaten Serang dari Fraksi Golkar.

Deden menyelesaikan pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), yang saat itu masih bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), lulus pada tahun 1999. Ia sempat bertugas di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sebelum akhirnya dimutasi ke Pemprov Banten tak lama setelah provinsi ini resmi dimekarkan dari Jawa Barat pada tahun 2000.

Karier Deden dimulai sebagai Kasubag Kerjasama Luar Negeri di Biro Pemerintahan Provinsi Banten pada tahun 2003. Tahun 2007, ia diangkat menjadi Kepala Seksi Sarana Eksplorasi di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten (sekarang Dinas ESDM). Setahun kemudian, ia berpindah ke Dinas Pemuda dan Olahraga sebagai Kepala Seksi Penyaluran Minat dan Bakat Pemuda.

Kariernya terus menanjak. Pada tahun 2011, ia menjabat Kepala Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Kepemimpinan Pemuda Dispora. Tahun 2013, ia bergeser ke Badan Penelitian dan Pengembangan sebagai Kabid Sosial Budaya dan Kemasyarakatan. Lembaga ini kini telah dilebur.

Sebelum usia 40 tahun, Deden dipercaya sebagai Kepala Biro Pemerintahan. Tahun 2015, ia menjabat Kepala Biro Humas dan Protokol. Setelah itu, jabatan strategis lainnya terus ia emban: Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (2017),  Plt Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Banten, Plt Kepala Bapenda Provinsi Banten, Sekretaris DPRD Provinsi Banten, dan Plh Sekda Banten.

Selama menjabat sebagai Sekretaris DPRD, Deden sempat merangkap jabatan strategis lainnya, seperti menjadi Plt Kepala Badan Kesbangpol (kemudian digantikan oleh Subhan Setiabudi) dan Plt Kepala Bapenda (kemudian diserahterimakan kepada Rita Prameswasri).

Aktivisme dan Jejaring Sosial

Di luar jalur birokrasi, Deden juga aktif dalam organisasi kepemudaan. Ia pernah menjabat sebagai Ketua DPD KNPI Kabupaten Serang. Tahun 2008, ia mencalonkan diri sebagai Wakil Wali Kota Serang, berpasangan dengan Jayeng Rana. Saat itu belum ada regulasi yang mewajibkan ASN mundur dari jabatannya ketika mencalonkan diri dalam Pilkada.

Ia juga dikenal sebagai pembina aktif Paguron TTKKDH dan bagian dari keluarga besar H. Tryana Sjam’un dari pihak ibunya.

Sebagai sesama alumni KNPI, saya menyampaikan selamat kepada Kang Deden. Saya turut bangga dan bahagia atas amanah baru yang dipercayakan kepadanya.

Banyak yang mengatakan bahwa keberhasilan adalah hasil dari keberuntungan yang beruntun. Deden adalah contoh nyata dari adagium itu. Untung Provinsi Banten terbentuk saat ia masih muda. Untung ia dekat dengan pemimpin Banten terdahulu. Untung ia tak perlu mundur dari ASN ketika ikut pilkada. Untung sejumlah jabatan strategis bisa ia pegang dengan baik. Untung ia menjadi Sekretaris DPRD saat Andra Soni menjabat Ketua DPRD. Dan akhirnya, untung bisa menyisihkan nama-nama senior saat seleksi Sekda.

Namun sekarang, keberuntungan itu harus dibuktikan lewat kinerja, integritas, dan kepemimpinan. Jabatan Sekda bukan sekadar posisi administratif, melainkan motor penggerak yang menjembatani visi gubernur dengan kinerja seluruh perangkat daerah.—(***)

Pos terkait