SERANG, BANTENGATE.ID–Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Assaqirin di Lingkungan Kaligandu Masjid, Kelurahan Kaligandu, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, akan menggelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1443 H, yang dilaksanakan pada Minggu sore (31/10/2021) hari ini.
Ketua DKM Assaqirin Lingkungan Kaligandu Masjid, Hadromi, menjelaskan jumlah warga yang akan ikut dan hadir dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H itu sekitar 1.500 orang dari berbagai daerah yang ada di Kota Serang.
Sedangkan, jumlah panjang Maulid yang akan di arak warga Lingkungan Kaligandu Masjid sebanyak 90 ornamen/hiasan, diantaranya;2 unit sepeda motor dan satu unit mesin cuci. Dalam ornamen panjang maulid itu juga terdapat lemari pakaian, sarung, sajadah dan pernak-pernik lainnya dari warga di Lingkungan Kaligandu Masjid.
“Seluruh ornamen, baik sepeda motor maupun uang, selesai pawai berkeliling akan dibagikan kepada para tamu undangan sesuai dengan kesepakatan hasil musyawarah warga sebelum acara digelar. Pernak-pernik yang ada dalam panjang maulid harus dibagikan semua dan tidak boleh dibawa atau diambi lagi oleh orang/kelompok yang menyediakan,”kata Hadromi.
Dari berbagai literatur, bahwa peringatan Panjang Maulid Nabi, adalah tradisi masyakat Banten, dalam memperingati dan merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Panjang Maulid di Serang, Banten, akan berlangsung selama bulan Rabiul Awal.
Masyarakat secara perorangan atau berkelompok membuat hiasan/ornamen atau atribut dari masing-masing kelompok, seperti; perahu hias, mobil hias, bedug hias dan aneka hiasan lainya yang didalamnya berisi sejumlah pakaian, makanan atau bentuk lain yang dibuat sedemikian menarik untuk kemudian setelah pawai diberikan kepada warga.
Pada masa tempo doeloe, hiasan atau rumbay untuk menutup ornamen yang dibentuk (seperti perahu, mobil atau bedug, misalnya) dari uang kertas asli berbagai pecahan. Sekarang rumbay/hiasan dari uang yang digunakan uang palsu (uang mainan), untuk menghindari hal yang tidak diinginkan selama berlangsungnya acara pawai.
Tradisi Panjang Mulud diawali dengan upacara, yaitu melantunkan do’a dan syair yang berisi puja dan puji kepada Alloh dan Rasul-Nya. Kegiatannya diikuti oleh seluruh warga masyarakat yang dipimpin seorang imam. Acara ini sebagai gambaran hubungan yang harmonis antara imam dan makmum, yang terjalin keduanya untuk kemaslahatan bersama.
Setelah dilakukan do’a bersama, masyarakat mengarak (pawai) ornamen tersebut yang bergerak dari halaman masjid atau mushola, mengelilingi perkampungan sambil melantukan shalawat Nabi Muhammad SAW. Dan ini adalah sebuah bentuk perwujudan yang dianggap sakral dan bisa jadi sebagai gambaran tentang kondisi kehidupan masyarakat.–(maswi/dimas)