Lebak, BantenGate.id – Suara riuh tawa dan sorak-sorai pecah di Balong Balad Musa Weliansyah (BMW), Kampung Cipadali, Desa Cipeucang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten, Senin (18/8/2025). Ribuan warga berbaur tanpa sekat, tua-muda, laki-laki maupun perempuan, semua larut dalam kemeriahan lomba nyair dan gogo (menangkap ikan dengan tangan) yang digagas Wakil Ketua Komisi II DPRD Banten, Musa Weliansyah.
Tradisi menangkap ikan dengan tangan kosong ini kembali dihidupkan, bukan sekadar perlombaan, melainkan juga ajang mempererat silaturahmi sekaligus merayakan HUT ke-80 Kemerdekaan RI. Diperkirakan lebih dari 12 ribu orang hadir, hingga jalan menuju lokasi pun dipenuhi warga yang datang dari lebih 60 desa di Kabupaten Lebak.
Di antara kerumunan itu, tampak Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Banten Eli Susiyanti ikut turun langsung ke balong. Dengan celana digulung, ia bergabung bersama Bupati Lebak H. Moch Hasbi Asid Jayabaya, Kapolres Lebak AKBP Herfio Zaki, dan Forkopimda lainnya, merasakan keriangan menangkap ikan bersama masyarakat. “Ini pengalaman luar biasa, bukan sekadar lomba, tapi bentuk nyata kebersamaan,” ucap salah satu peserta dengan wajah penuh senyum.
Musa Weliansyah menegaskan, kegiatan ini adalah bentuk pelestarian kearifan lokal sekaligus menghidupkan kembali semangat gotong royong yang diwariskan para pejuang. “Kami ingin masyarakat tidak hanya senang-senang, tetapi juga termotivasi untuk menjaga kebersamaan, kerja keras, dan saling membantu, sebagaimana nilai perjuangan para pahlawan,” tuturnya.
Puncak kegembiraan datang saat pengumuman hadiah utama: umrah ke Tanah Suci. Wajah Ibu Sarah, seorang ibu rumah tangga asal Desa Cikeusik, mendadak dipenuhi haru ketika namanya disebut sebagai pemenang. Ia tak menyangka dari sekian ribu peserta, dirinya yang mendapat kesempatan berangkat ke tanah suci. Tepuk tangan membahana, banyak warga ikut menitikkan air mata bahagia melihat keberuntungan itu.
Selain hadiah utama, puluhan doorprize juga dibagikan, mulai dari kulkas, mesin cuci, televisi, hingga domba yang diserahkan kepada Forkopimcam dan komunitas lokal. Semua itu semakin menambah meriahnya suasana.
Lomba nyair dan gogo bareng Musa Weliansyah tahun ini bukan hanya ajang nostalgia tradisi, tetapi juga sebuah pesta rakyat—tempat masyarakat bisa tertawa, berpelukan, dan merayakan kemerdekaan dengan cara mereka sendiri.–(dimas)