RPPKUM Legok: Rumah Harapan UMKM Kabupaten Tangerang, dari Batik Pohaci hingga Ekonomi Kerakyatan

Batik Pohaci Khas Tangerang, produksi Ali Taba.--(foto: BG)

Oleh: H. Edi Murpik

Di tengah geliat kemajuan industri dan urbanisasi yang pesat, ada satu ruang yang tetap hangat dan penuh harapan: Rumah Pemberdayaan dan Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro (RPPKUM) di Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Bacaan Lainnya

Gedung RPPKUM diresmikan pada 18 Maret 2025 oleh Wakil Menteri Koperasi dan UKM RI, Helvy Moraza, bersama Bupati Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid. Gedung RPPKUM dulunya tempat ngantor ASN Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang,  dan di sulap menjadi gerai promosi dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

RPPKUM menjadi ruang harapan bagi lebih dari 6.100 pelaku UMKM di Kabupaten Tangerang. Dengan jumlah penduduk lebih dari 3,4 juta jiwa, angka tersebut memang belum sebanding. Namun, justru mencerminkan adanya potensi besar yang masih bisa digarap, khususnya dalam mendorong semangat wirausaha warga.

Jika dibandingkan secara nasional, jumlah pelaku UMKM di Indonesia telah mencapai 64 juta, berkontribusi sekitar 61 persen terhadap PDB nasional. Maka, langkah Kabupaten Tangerang mendirikan RPPKUM merupakan strategi daerah untuk mengejar kontribusi serupa.

Dari Batik Pohaci hingga Klinik Kemasan

Salah satu wajah semangat UMKM lokal adalah Ali Taba, perajin Batik Pohaci, batik khas Tangerang yang mengangkat motif budaya lokal dan alam Cisadane. Baginya, RPPKUM bukan hanya tempat promosi, tetapi juga ruang belajar dan berkembang.

“Dulu kami hanya produksi kecil-kecilan, sekarang kami mulai belajar soal kemasan, branding, bahkan promosi digital,” ujar Ali yang juga pegiat seni dan budaya di Banten.

Kini, Ali Taba dan juga komunitas batik di Tangerang,  sudah memanfaatkan RPPKUM sebagai tempat  pelatihan berbagai skill. Di RPPKUM diselenggarakan pelatihan, mulai dari teknik fotografi produk, desain kemasan, hingga strategi penjualan daring. Hasilnya, Batik Pohaci mulai dikenal di luar Tangerang, bahkan mendapat pesanan dari komunitas diaspora Indonesia di Singapura.

“Kami berharap Batik Pohaci  dan produk batik Tangerang lainya, bisa dipakai di kancah nasional, bahkan internasional. Ini bukan mimpi lagi karena pemerintah sudah membuka jalan bagi kami untuk bertumbuh,” tutur Ali Taba, saat diskusi dengan penulis, Jumat (18/7/2025).

Gedung RPPKUM dilengkapi dengan berbagai fasilitas, antara lain showroom produk lokal, ruang pelatihan, coaching clinic bisnis, studio foto produk, klinik kemasan, ruang legalitas usaha, serta layanan perizinan dan pembiayaan dana bergulir. Semuanya disediakan dalam satu atap untuk memudahkan pelaku usaha, termasuk yang baru merintis.

Bupati Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid, tengah membatik di rumah batik RPPKUM di Desa Kemuning, Legok.–(foto: BG)
Ekosistem UMKM yang Dibangun Serius

Wakil Menteri Koperasi dan UKM, Helvy Moraza, saat peresmian Gerai RPPKUM,  menyebut bahwa langkah Kabupaten Tangerang adalah bentuk konkret membangun ekosistem UMKM yang kuat.

“Dengan angkatan kerja lebih dari 1,7 juta jiwa, produktivitas masyarakat harus terus dioptimalkan. RPPKUM adalah pusat pembelajaran yang sangat strategis,” ujar Helvy.

Ia menyoroti kontribusi sektor industri pengolahan yang mencapai 33,65 persen terhadap PDRB Kabupaten Tangerang, dan menyebut UMKM harus menjadi penopang utama sektor tersebut dari bawah. Kementerian, menurutnya, akan terus mendukung inisiatif daerah dalam membina UMKM dari awal hingga naik kelas.

Sementara, Bupati Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid, juga menegaskan komitmennya  dalam memperkuat UMKM sebagai fondasi ekonomi kerakyatan. “UMKM menyumbang 61 persen terhadap PDRB nasional. Kami ingin Kabupaten Tangerang memberi kontribusi lebih besar dengan memperkuat lebih dari 6.100 pelaku usaha yang sudah ada,”.

Pemkab Tangerang, lanjut Maesyal, telah mengalokasikan anggaran Rp70 miliar untuk dana bergulir, yang dikelola oleh UPT-UPDB Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Tangerang. Hingga kini, Rp32 miliar telah tersalurkan kepada usaha mikro, warung, dan pelaku usaha kecil lainnya.

“Kami juga bekerja sama dengan perbankan dan lembaga keuangan agar akses modal makin terbuka,” tambahnya.

Ia juga menaruh perhatian khusus pada pengembangan batik lokal:“Saya ingin produksi batik dibesarkan. Melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, kami akan bantu fasilitasi sarana, prasarana, hingga alat produksi dan pemasarannya. Ini bagian dari komitmen kami menggerakkan ekonomi desa.”

Bagi Maesyal, batik bukan hanya produk kain bermotif, melainkan identitas budaya, sumber penghidupan, dan bukti kreativitas warga desa. Karena itu, ia mendorong agar batik Tangerang dari Kampung Budaya Kemuning mendapat kepastian pasar agar produksinya berkelanjutan. Ia pun menggagas gerakan pemakaian batik lokal satu hari dalam sepekan oleh ASN dan pelajar di Kabupaten Tangerang.

“Minimal satu hari dalam seminggu, ASN atau anak sekolah memakai batik khas Tangerang. Batik bukan sekadar budaya, tapi punya nilai tambah ekonomi,” tegasnya.

Penanggungjawab RPPKUM, Jamasari, bersama Ali Taba, perajin Batik Pohaci Tangerang.–(Foto: ist)
Komitmen yang Konsisten

Pemberdayaan UMKM bukan hal baru di Kabupaten Tangerang. Pada 2018, Pemkab telah membangun Gerai Tangerang Gemilang (GTG) di Bojong, Cikupa, sebagai etalase promosi produk UMKM. Gerai  dengan tiga lantai dan lengkap dengan fasilitas penunjang ini berada di jalan Nasional Tangerang – Serang.

Sementara, pada Rabu (16/7/2025), lalu di  Kampung Budaya Kemuning digelar Festival Batik Khas Tangerang. Sebuah perayaan budaya yang bukan hanya mempertontonkan warisan leluhur, tetapi juga menyuarakan harapan para pengrajin.

Batik khas Tangerang adalah simbol ketekunan, kreativitas, dan semangat hidup masyarakat desa. Di Kemuning, keterampilan itu diwariskan lintas generasi—mengandung filosofi lokal dan kekayaan alam.

Festival ini membuktikan bahwa desa bisa menjadi pusat peradaban bila potensi lokal diberi ruang untuk tumbuh. RPPKUM Legok adalah panggung bagi para pelaku usaha kecil, dan batik adalah salah satu bintangnya.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM, Rd. Hj. Anna Ratna Maemunah,M.Si..Rd.,menjelaskan bahwa fasilitas RPPKUM dirancang secara integratif. “Kami tidak hanya memberi ruang, tapi juga pendampingan dari hulu ke hilir: legalitas, pelatihan, pembiayaan, hingga pemasaran digital,” .

Menurut Anna, terdapat program inkubasi usaha, pelatihan rutin, coaching clinic, dan pemasaran melalui marketplace serta showroom. Semua itu untuk membantu UMKM agar mampu “naik kelas”.

Penanggung jawab Gerai RPPKUM, H. Jamasari, S.Pd., M.K., mengatakan bahwa RPPKUM menjadi wadah pemberdayaan usaha mikro di Kabupaten Tangerang. Para perajin batik, seperti Batik Nyi Pohaci, milik Ali Taba dan Batik Cikuya, serta perajin batik lainya, sudah Kami fasilitasi promosi dan pemasarannya sejak RPPKUM berdiri Maret 2025.

“RPPKUM juga, tidak hanya menjadi wadah para perajin batik. Tapi, tempat mangkal para pegiat kuliner, fashion, craft dan pelaku usaha mikro lainya”, kata Jamasari.–(***)

*). Penulis pegiat Koperasi dan UMKM di Banten.

Pos terkait