Upaya Selamatkan Badak Jawa: Gubernur Banten Dukung Translokasi ke Kawasan Konservasi JRSCA

Serang, BantenGate.id — Upaya pelestarian Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), salah satu mamalia paling terancam punah di dunia, terus mendapat dukungan dari berbagai pihak. Gubernur Banten Andra Soni menyatakan komitmennya mendukung rencana translokasi dua individu Badak Jawa dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ke kawasan konservasi khusus Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang.

Bacaan Lainnya

“Pelestarian alam, termasuk perlindungan satwa endemik seperti Badak Jawa, adalah komitmen bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat,” tegas Andra Soni saat menerima Kunjungan Jajaran Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan Republik Indonesia bersama Balai Besar Taman Nasional Ujung Kulon (BBTNUK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BBTNGHS), Balai Perhutanan Sosial, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Bogor, Perum Perhutani KPH Banten, dan Dakum Kementrian Kehutanan.di Gedung Negara Provinsi Banten, Jalan Brigjen KH Syam’un Nomor 5, Kota Serang, Jumat (13/6/2025).

JRSCA yang terletak tak jauh dari habitat asli Badak Jawa di Ujung Kulon, akan menjadi rumah baru bagi dua badak terpilih — Musofa (jantan) dan Desi (betina). Kawasan seluas 40 hektar ini telah dirancang sebagai lingkungan semi-liar yang aman dan terkendali untuk mendukung proses pengembangbiakan (breeding) secara alami.

Menurut Kepala Balai Besar TNUK, Ardi Andono, translokasi ini bukan sekadar relokasi habitat, melainkan intervensi darurat demi keberlangsungan spesies. Dari sekitar 87 individu Badak Jawa yang masih hidup, setidaknya 22 di antaranya diketahui tidak subur. Tanpa perbaikan kualitas genetik melalui strategi konservasi aktif, para ahli memperkirakan spesies ini bisa punah dalam 30–40 tahun ke depan.

“Musofa dan Desi adalah dua badak dengan kualitas DNA terbaik yang kami miliki. Mereka menjadi harapan bagi kelangsungan populasi Badak Jawa,” kata Ardi.

Desi, badak betina yang akan ditranslokasi, dinamai untuk menghormati Desy Ratnasari, tokoh publik yang pernah ditunjuk sebagai Duta Badak Indonesia — sebagai bagian dari kampanye pelestarian satwa endemik Indonesia.

Gubernur Andra Soni menegaskan bahwa konservasi tidak boleh dipandang sebagai beban, tetapi sebagai investasi jangka panjang untuk keberlanjutan lingkungan dan ekonomi masyarakat. Dengan meningkatnya perhatian nasional dan internasional terhadap Badak Jawa, kawasan Ujung Kulon dinilai berpotensi menjadi destinasi wisata berbasis konservasi yang kuat.

“Wisata konservasi bisa menciptakan lapangan kerja hijau, membuka peluang usaha masyarakat lokal, sekaligus membentuk kesadaran lingkungan yang lebih luas,” ujarnya.

Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda, untuk terlibat aktif dalam perlindungan ekosistem dan keanekaragaman hayati. “Kita ingin warisan alam seperti Badak Jawa tetap hidup di alam bebas, bukan sekadar di museum atau gambar buku pelajaran,” tegasnya.

Badak Jawa adalah spesies endemik Pulau Jawa yang kini hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon. Populasi globalnya sepenuhnya bergantung pada satu habitat yang sangat rentan terhadap ancaman bencana alam, penyakit, dan tekanan lingkungan lainnya.

Melalui proyek JRSCA dan dukungan lintas sektor — termasuk KLHK, Balai Taman Nasional, BPDAS, Perhutani, dan pemerintah daerah — Indonesia menegaskan posisinya sebagai negara dengan komitmen konservasi tinggi terhadap spesies terancam punah.

“Ini bukan sekadar upaya penyelamatan spesies, tetapi juga pertaruhan atas tanggung jawab kita terhadap keseimbangan ekosistem dunia,” ujar Ardi Andono.

Dengan langkah ini, Provinsi Banten memperkuat perannya sebagai garda terdepan dalam pelestarian satwa langka dan konservasi berbasis komunitas. Sebuah harapan lahir dari ujung barat Pulau Jawa — agar Badak Jawa tidak sekadar bertahan, tapi kembali berkembang.–(ridwan)

Pos terkait