Lebak, BantenGate.id–Wartawan dan penulis adalah saksi sejarah. Wartawan merekam kejadian, menafsirkan zaman, dan menyampaikan informasi kebenaran kepada publik. Oleh karena itu, pekerjaan wartawan disebut sebagai profesi mulia dengan karya yang abadi.
Pandangan tersebut disampaikan Plt Kepala Dinas Kominfo Provinsi Banten, Arif Agus Rachman, saat menjadi narasumber dalam diskusi Sinergi Pemprov Banten dengan Media Massa yang digelar Biro Adpim Pemprov Banten bersama DPD KWRI Provinsi Banten, di Ruang PKK Kabupaten Lebak, Rangkasbitung, Jumat (26/9/2025).
“Saya membaca dalam beberapa esai dan buku karya Pramoedya Ananta Toer, bahwa penulis dan wartawan adalah pekerja dengan karya abadi,” ujar Arif mengawali paparannya.
Pernyataan tersebut disampaikan Arif, sebelum memaparkan Program Bangun Jalan Desa Sejahtera (Bang Andra), salah satu program unggulan Gubernur Banten Andra Soni bersama Wakil Gubernur A. Dimyati Natakusumah.
Menurut Arif, Program Bang Andra merupakan terobosan Pemprov Banten dalam mengatasi persoalan infrastruktur jalan di pedesaan, di empat kabupaten: Lebak, Pandeglang, Serang, dan Tangerang. Pada tahun 2025, program ini menargetkan pembangunan 64 ruas jalan desa dengan anggaran Rp184 miliar.
“Program ini diharapkan dapat berkolaborasi dengan Dana Desa, anggaran kabupaten, dan anggaran Pemprov Banten. Dengan sinergi ini, persoalan infrastruktur jalan desa dapat diatasi secara bertahap,” jelas Arif yang akrab disapa Kang Arif.
Kang arif dalam keseharianya akrab dengan para jurnalis yang bertugas di Banten. Secara depinitif pria kelahiran Pandeglang ini, sejak tahun 2021 menjabat sebagai Kepala bagian (Kabag) Materi dan Komunikasi Pimpinan Setda Provinsi Banten. Sebelumnya, ia pernah bertugas di Dinas Kominfo Provinsi Banten. Dan sejak Maret 2025 atau tak lama setelah Andra Soni menjabat Gubernur Banten, ditugaskan menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Komunikasi dan Informasi Provinsi Banten.
Dalam sesi diskusi bersama wartawan, ia nampak santai dan penuh hangat menjawab dengan lugas pertanyaan dari para jurnalis. Ia mengingatkan peran wartawan dalam mengawal berbagai program pembangunan.
Wartawan, kata Arif, bekerja mencatat peristiwa berdasarkan data dan fakta, melakukan cross check kepada pihak berwenang, lalu meramu informasi menjadi berita yang dapat diakses publik.
“Tulisan yang lahir dari proses itu akan menjadi saksi sejarah dan perjuangan dalam mengatasi persoalan zaman. Karya tersebut akan tetap abadi, menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya,” tegasnya.
Gagasan tentang keabadian karya tulis sejalan dengan pemikiran sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Dalam berbagai esai, Pramoedya menegaskan bahwa menulis adalah pekerjaan abadi. Baginya, profesi penulis dan wartawan, bukan sekadar mata pencaharian, melainkan jalan untuk meninggalkan jejak pemikiran yang melampaui usia, zaman, bahkan kekuasaan.
Pramoedya sendiri menulis di tengah tekanan politik, pembuangan, hingga pemenjaraan. Meski kerap dibungkam, karyanya—tetap hadir, dibaca, dan dipelajari lintas generasi. Dalam salah satu wawancaranya, ia menegaskan, “Orang boleh saja mati, tetapi tulisannya akan tetap bicara.”
Di era digital, kata Arif, pandangan Pramoedya kian relevan. Tulisan wartawan kini dapat tersebar ke seluruh dunia dalam hitungan detik, tersimpan di berbagai medium, dan tetap dapat diakses di masa depan. “Menulis adalah keberanian untuk melawan lupa,” kata Kang Arif, mengutip pesan Pramoedya.
Diskusi yang dihadiri sekitar 60 wartawan anggota KWRI dan sejumlah perwakilan OPD Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak itu diharapkan menjadi pemicu kolaborasi nyata. Wartawan diundang tidak hanya untuk meliput, tetapi juga mengawal pembangunan infrastruktur desa melalui Program Bang Andra, sehingga informasi dan kemajuan atau kekurangan dalam pelaksanaan pembangunan dapat terdokumentasi dengan baik.
Para jurnalis dengan media dimana ia bekerja, menjaga ingatan publik. Jalan-jalan poros desa yang awalnya tidak memadai dan kemudian dibangun melalui Program Bang Andra, akan tercatat sebagai bagian dari sejarah. Seperti pesan Pramoedya, tulisan wartawan akan tetap hidup, menjadi warisan intelektual bagi generasi mendatang.—(ridwan)