Cerita Hangat dari Milad ke-97 Hari Santri di Kabupaten Lebak: “Ketika Santri, Ulama, dan Pejabat  Duduk Satu Tikar, Murak Nasi Liwet.”

Tradisi Murak Liwet, pada Milad Hari Santri di Kabupaten Lebak.--(foto: hendrik)

Lebak, BantenGate.id – Ribuan santri memenuhi Alun-Alun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, sejak pagi, Rabu (22/10/2025). Di bawah langit cerah, suara lantunan shalawat —– bergema bersahut-sahutan, mengiringi upacara peringatan Milad ke-97  Hari Santri Nasional  yang berlangsung penuh khidmat dan kehangatan.

Bacaan Lainnya

Lebih dari  3.000 santri dari berbagai pondok pesantren di seluruh penjuru Kabupaten Lebak hadir dengan wajah berseri. Santri pria mengenakan sarung dan peci kebanggaan mereka. Sementara santriawati mengenakan baju gamis dan berkerudung, dengan wajah begitu nampak anggun.

Tahun ini, peringatan hari santri di Lebak mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Namun lebih dari sekadar slogan, tema itu terasa hidup di tengah suasana persaudaraan dan gotong royong yang mengalir alami dalam setiap detik acara.

Murak Liwet sebagai Simbol Persaudaraan

Selepas upacara, di jalan Abdi Negara, seputar alun-alun Rangkasbitung, berubah menjadi hari yang penuh makna. Para santri, sambil duduk  bersila beralaskan tikar dan karpet, menjajar daun pisang, memulai murak liwet.

Para santri nampak berbaur dengan Bupati Lebak, Moch. Hasbi Asyidiki Jayabaya, Kapolres Lebak, Polda Banten AKBP Herfio Zaki, S.I.K., M.H.  dan unsur Forkompimda serta para pejabat Lebak, duduk berhadapan-hadapan, menikmati hidangan murak liwet — tradisi khas Lebak yang telah menjadi ikon Hari Santri. Tidak ada sekat antara pejabat, ulama, maupun santri. Semua duduk sama rendah, menikmati liwet bersama dalam semangat kebersamaan.

Bupati Lebak, Moch. Hasbi Asyidiki Jayabaya, bersama Kapolres Lebak, AKBP Herfio Zaki, S.I.K., M.H, ikut murak Liwet bersama para santri.–(foo: hendrik)

Bupati Lebak Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya,  di hari santri nampak mengenakan kaos putih dibalut jas rapi, memakai sarung, dan mengenakan peci.   Dalam sambutannya Hasbi, menegaskan, bahwa santri adalah pilar penting dalam menjaga moralitas dan keutuhan bangsa. Memuliakan santri adalah menghargai perjuangan mereka dalam membangun bangsa.

“Santri harus mampu menjadi teladan di era digital—menyaring informasi, menebar kebaikan, dan melawan hal negatif dengan karya positif,” kata Hasbi.

Ia juga mengajak seluruh santri untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan semangat nasionalisme.

“Dengan bersatu, kita pasti kuat. Santri harus terus menjadi penjaga nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah dan semangat kebangsaan sebagaimana diajarkan para ulama pendahulu,” tambahnya.

Bupati Hasbi dalam sambutannya juga menyinggung visi pembangunan daerah Kabupaten Lebak: “Lebak Ruhay – Rukun, Unggul, Hegar, Aman, dan Yakin,” di mana nilai religius, kemandirian, dan kebersamaan menjadi landasan moral.

Santri adalah bagian dari visi itu. Para santri adalah ruh moral pembangunan yang menjaga keseimbangan antara ilmu, iman, dan akhlak,” tegas Hasbi.

Sementara, Ketua Panitia sekaligus Wakil Ketua PCNU Kabupaten Lebak, H. Ahdi Dzikri, mengatakan, bahwa tradisi murak nasi liwet ini bukan sekadar makan bersama.

Dari sinilah kita belajar kesederhanaan, kebersamaan, dan semangat gotong royong—nilai-nilai yang telah lama hidup di pesantren dan masyarakat Lebak,”kata Ahdi Dzikri.

Sultan Badawi (17 tahun), santri muda dari Pondok Pesantren Abdurrahman Hidayah, peringatan ini menjadi pengalaman tak terlupakan.

“Sebagai santri, kami bangga bisa ikut Hari Santri di Lebak. Ini bukan sekadar perayaan, tapi pengingat bahwa perjuangan santri hari ini ada di dunia pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.

Ia menyadari tantangan baru di era digital: “Sekarang tantangan kita bukan lagi di medan perang, tapi di dunia maya. Santri harus mampu menjaga etika digital, melawan hoaks, dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan.”

Peran Disbudpar: Dari Tradisi ke Event Religi Nasional
Para santri se-Kabupaten Lebak,, merayakan Hari Santri. Di akhir acara, murak Liwet bersama para pejabat Lebak.–(foto: hendrik)

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lebak, Imam Rismahayadin, menyatakan, bahwa Hari Santri bukan hanya peringatan spiritual, tetapi juga peristiwa budaya yang memperkuat identitas daerah.

“Peringatan Hari Santri di Lebak sudah menjadi calender tahunan dan menjadi event religi terbesar di Kabupaten Lebak,” kata Imam yang didampingi Kabid Pemasaran Destinasi Wisata, Effendy.

Menurut Imam, tradisi murak liwet pada peringatan Hari Santri di Lebak, setiap tahun berjalan dengan meriah. Pada acara milad ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, berperan sebagai mitra strategis pemerintah daerah dalam memperkuat tradisi lokal seperti nyurak atau murak liwet, sekaligus menanamkan nilai-nilai kebersamaan, cinta kebersihan,  cinta antar sesama manusia dan lingkungan sebagai  identitas santri sesuai dengan ajaran Rasullah SAW.

Imam menambahkan, bahwa kegiatan ini bukan hanya soal seremoni tanggal 22 Oktober. “Masih ada kegitan Santri Fest yang akan digelar pada 24–30 November 2025, dengan berbagai lomba santri, talk show santri entrepreneur, hingga pertunjukan seni pesantren. Ini adalah cara kita menunjukkan bahwa santri bisa kreatif, produktif, dan berdaya saing,” jelasnya.–(red)

Pos terkait