Lebak, BantenGate.id — Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Lebak, Regen Abdul Aris, menyatakan dukungan penuh terhadap penguatan pembelajaran serta pelestarian budaya dan bahasa daerah (bahasa Sunda) di sekolah, termasuk kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI).
“Pagelaran FTBI sangat baik karena menjadi wadah ngamumule budaya dan bahasa Sunda. Tujuannya untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap budaya luhur dan bahasa daerahnya sendiri. Kegiatan seperti ini harus terus dilanjutkan, diperkuat, dan dikembangkan,” kata Regen kepada BantenGate.id menanggapi pelaksanaan FTBI di Rangkasbitung, Senin (27/10/2025) malam.
Regen menegaskan, Komisi III DPRD Lebak akan memberikan dukungan melalui penguatan program di Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak.
“Kami di Komisi III DPRD Lebak mendukung agar program pelestarian budaya dan bahasa Sunda seperti ngawih, menulis aksara Sunda, dan dongeng mendapat perhatian dalam perencanaan anggaran pendidikan. Ini bagian dari upaya kita menjaga warisan budaya daerah,” ujar politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Menurut Regen, penguasaan bahasa dan seni daerah memiliki manfaat luas, tidak hanya dalam konteks pelestarian budaya, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan moral anak.
“Seni dan bahasa daerah itu sarat nilai budi pekerti. Melalui kegiatan seperti FTBI, anak-anak belajar sopan santun, menghormati guru, dan mencintai lingkungan. Ini pendidikan karakter yang nyata,” imbuhnya.
Ia juga menyebut FTBI menjadi momentum penting bagi kebangkitan seni ngawih atau sekar Sunda yang kini mulai jarang terdengar di lingkungan pelajar. Lagu-lagu pupuh seperti Kinanti, Asmarandana, Sinom, dan Dangdanggula kembali menggema di panggung-panggung sekolah, dibawakan dengan laras lembut dan penuh penghayatan.
“Seni sekar Sunda bukan sekadar hiburan. Dalam setiap pupuh terkandung ajaran moral dan nilai-nilai kehidupan. Pupuh Kinanti, misalnya, mengajarkan kasih sayang dan tuntunan orang tua, sementara Asmarandana melukiskan cinta, kejujuran, dan kelembutan hati,” tambah Regen.
Melalui FTBI, para guru, siswa, dan masyarakat bersama-sama berupaya menghidupkan kembali kearifan lokal yang hampir terlupakan. Semangat ini diharapkan mendapat dukungan berkelanjutan dari pemerintah daerah agar menjadi bagian dari sistem pembelajaran yang lebih luas.
Sementara itu, Wakil Bupati Lebak, H. Amir Hamzah, juga menyatakan dukungan terhadap kegiatan FTBI. Ia meminta Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak merancang program dan penganggaran agar pelestarian budaya serta bahasa daerah dapat berjalan sesuai harapan.
“Silahkan rancang program dan kegiatannya dan kita dukung, sehingga di tahun 2026 mendatang kegiatan FTBI dapat berjalan sesuai dengan harapan,”kata Amir Hamzah, Senin (27/10/2025) malam.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, H. Hari Setiono, menjelaskan bahwa untuk kegiatan FTBI tingkat kecamatan belum tersedia anggaran, sementara untuk tingkat kabupaten tersedia meski masih terbatas.
“Kita berharap melalui kegiatan FTBI, anak-anak dapat ditanamkan pentingnya pemahaman budaya dan bahasa daerah (Sunda) yang memiliki nilai luhur. Ngawih Sunda bukan sekadar hiburan, tapi sarana pendidikan moral dan karakter,” ujarnya.
Diketahui, sejumlah murid SD dan SLTP di wilayah Kecamatan Rangkasbitung menggelar FTBI pada 23 Oktober 2025. Tidak semua sekolah melaksanakan kegiatan tersebut karena keterbatasan fasilitas dan anggaran.
Dengan dedikasi para guru, kegiatan FTBI di Rangkasbitung tetap terlaksana dan berhasil menetapkan para juara untuk selanjutnya diikutsertakan pada FTBI tingkat Kabupaten Lebak yang akan digelar Rabu (29/10/2025) di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah.
Para juara di tingkat kabupaten nantinya akan berlaga pada FTBI tingkat Provinsi Banten yang dijadwalkan berlangsung 12 November 2025. Setiap kabupaten/kota menampilkan karakteristik budaya dan bahasa masing-masing — untuk Lebak, Pandeglang, dan Tangerang mengangkat budaya Sunda; Serang dan Cilegon mengangkat budaya Jawa Serang (Jaseng); sementara Kota Tangerang dan Tangerang Selatan menampilkan budaya Betawi. —(dimas)








