Jakarta, BantenGate.id — Dunia musik dan perfilman Indonesia kembali bersinergi lewat sebuah karya yang sarat makna. Lagu berjudul Fajar, dinyanyikan oleh penyanyi muda Tanita dan ditulis musisi kenamaan Nugie, resmi dirilis sebagai original soundtrack (OST) film layar lebar Seribu Bayang Purnama. Lagu ini diluncurkan serentak oleh Bima WP Music Production melalui label Ladofa Doredo di seluruh platform musik digital pada Kamis (3/7/2025), bertepatan dengan tayangnya film tersebut di bioskop se-Indonesia.
Tanita mengungkapkan pengalaman membawakan Fajar menjadi salah satu momen paling berkesan dalam kariernya. “Rasanya campur aduk — bahagia, terharu, dan bangga. Lagu ini sangat spesial, bahkan jadi salah satu favorit saya. Ketika tahu Fajar akan menjadi OST film Seribu Bayang Purnama, saya benar-benar tersentuh,” ujar Tanita penuh perasaan.
Film Seribu Bayang Purnama sendiri mengangkat kisah tentang cinta tanah air, keluarga, dan keteguhan hati. Menurut Tanita, pesan moral dalam film tersebut sangat selaras dengan makna lagu Fajar. “Lagu ini bercerita tentang harapan baru, kebangkitan dari kegundahan, dan kebijaksanaan untuk menerima hal-hal yang memang bukan milik kita. Pesannya kuat sekali dan sangat sejalan dengan alur film,” jelasnya.
Menariknya, Fajar bukan lagu asing bagi Tanita. Ia pertama kali mendengarnya pada 2019 ketika Nugie memperdengarkan draft awalnya. “Saya langsung jatuh cinta sejak pertama kali mendengar. Lagu ini tenang, lembut, tapi punya kekuatan harapan yang luar biasa,” katanya. Untuk menyanyikannya, Tanita menjalani proses yang cukup mendalam, termasuk diskusi panjang dengan Nugie dan memahami setiap bait lirik agar pesan lagunya tersampaikan dengan tepat kepada pendengar.
Proses rekaman lagu ini juga memiliki cerita menarik. Fajar awalnya digarap pada 2019 sebagai proyek pribadi yang dikerjakan secara santai, namun hasil akhirnya justru melampaui ekspektasi. “Rekamannya berjalan cepat dan penuh rasa kebersamaan. Om Nugie memberi kebebasan berekspresi, tetapi tetap mengarahkan agar saya tidak keluar dari ruh lagunya,” papar Tanita.
Bagi Tanita, menyanyikan Fajar sambil menonton cuplikan film Seribu Bayang Purnama menghadirkan pengalaman batin yang mendalam. “Seperti saya sedang menyuarakan isi hati karakter-karakter di film tersebut. Emosinya menyatu,” tambah Tanita, yang sebelumnya merilis dua single: Andai Kau Di Sini dan Baik-Baik Saja.
Di balik liriknya yang penuh makna dan aransemen akustik yang menenangkan, Fajar lahir dari refleksi pribadi Nugie. “Saya selalu terinspirasi dari pengalaman sehari-hari. Setiap kali melihat matahari terbit, rasanya ada harapan baru. Itu yang saya tuangkan dalam lagu ini — kesederhanaan yang memberi kekuatan,” ungkap Nugie.
Nugie pun berharap Fajar bisa menjadi pengingat bahwa hidup akan terus berjalan, dan setiap peristiwa memiliki pelajaran berharga. “Kita harus belajar menyelaraskan diri dengan semesta. Itu inti pesan yang ingin saya sampaikan,” katanya.
Ia juga menilai kolaborasi dengan Tanita sangat tepat. “Fajar seperti menemukan sendiri siapa penyanyinya. Tanita punya kelembutan suara dan jiwa yang pas. Rasanya semesta yang mempertemukan lagu ini dengan penyanyinya,” puji Nugie.
Secara teknis, Nugie menonjolkan beberapa detail yang jarang muncul dalam musik pop, misalnya suara napas Tanita yang dibiarkan terdengar jelas. “Saya memang sengaja menampilkan itu untuk memberi kesan lebih manusiawi, seperti kita sedang menatap fajar sambil menarik napas lega,” jelasnya.
Menariknya, seorang pendengar sempat menyebut Fajar sebagai jawaban dari lagu Nugie sebelumnya, Burung Gereja, yang dirilis hampir 30 tahun lalu. Menanggapi hal tersebut, Nugie tersenyum. “Wah, saya baru dengar itu! Terima kasih banyak atas apresiasinya. Sebenarnya tidak ada konsep seperti itu, semua mengalir dari inspirasi. Mungkin memang begitu adanya, Fajar terasa sebagai jawaban dari Burung Gereja,” tuturnya penuh rasa syukur.
Lewat Fajar, Tanita dan Nugie menghadirkan karya yang tak hanya menjadi bagian dari film Seribu Bayang Purnama, tetapi juga membawa pesan universal tentang harapan, kebangkitan, dan keberanian menatap masa depan. Dengarkan dan rasakan sendiri kedalaman emosi di setiap nadanya.–(muhammad Fadhli)