LEBAK – Pencak silat semakin diminati, tidak hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga hingga mancanegara. Salah satu buktinya adalah kunjungan budaya atau studi banding para pesilat dari Eropa, antara lain Italia, Prancis, dan Belanda, ke Sanggar Putra Panglipur Lebak di Kampung Rancasema, Desa Kaduagung Timur, Kecamatan Cibadak, pada Senin, 13 Mei 2024.
Dalam acara tersebut, turut hadir Ketua IPSI yang diwakili oleh Penasehatnya, Maman SP, Anggota DPRD Lebak terpilih Regen Abdul Aris, dan para peserta lainnya.
Imas Kania, pemilik Sanggar, mengatakan bahwa tujuan para pesilat Eropa datang ke Sanggar Putra Panglipur Lebak adalah untuk memahami dan belajar seni budaya, termasuk seni pencak silat dan alat musik tradisional gendang.
“Para pesilat dari Eropa datang ke sini untuk memahami dan belajar seni pencak silat dan alat musik tradisional gendang, serta banyak hal lainnya. Mereka tidak hanya akan mengunjungi Sanggar ini, nanti mereka juga akan berkunjung ke sanggar-sanggar lain di Jawa Barat,” kata Imas kepada awak media.
“Mudah-mudahan pencak silat ini lebih dicintai dan makin luas ketenarannya,” tambahnya.
Diketahui, pencak silat sebagai kebudayaan kebanggaan bangsa Indonesia sudah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2019 sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia.
“Dan memang pencak silat ini sudah disahkan dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia. Pesan saya, semoga pencak silat semakin lestari,” tuturnya.
Di sisi lain, salah satu pesilat dari Eropa, Max Morandini, menyatakan ia sangat menyukai dan tertarik pada seni budaya pencak silat dan alat musik gendang, serta kultur budaya yang ada di Indonesia, terutama di Kabupaten Lebak. Bahkan, dirinya sudah membuat buku tentang pencak silat.
“Ya, saya sangat menyukai dan tertarik dengan seni budaya pencak silat dan alat musik tradisional gendang. Terlebih lagi, saya suka dengan kultur budaya yang ada di sini. Saya sudah membuat buku tentang pencak silat berjudul ‘Journey Through Pencak Silat’ yang masih dalam tahap penyempurnaan,” ujar Max.
“Nanti, kalau bukunya sudah sempurna, saya akan datang lagi ke sini. Untuk anak muda di sini, harus lebih semangat lagi dan jangan tergerus oleh teknologi yang menurunkan semangat,” sambungnya.
Di tempat yang sama, Luciana, pesilat asal Italia, menyebut dirinya sangat tertarik dan menyukai gerakan pencak silat yang diiringi musik tradisional. Menurutnya, hal tersebut sangat cocok dan selaras.
“Saya suka, apalagi gerakannya yang digabungkan dengan iringan alat musik tradisional. Saya dan rombongan ke sini karena ingin mempelajari hal itu. Pokoknya saya sangat suka,” tutupnya. (ridwan)