Prasasti Cidanghiang, Warisan Kerajaan Tarumanagara: Butuh  Pembangunan  Jalan.

Prasasti Cidanghiang, salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanagara, diperkirakan dibangun sekitar abad ke-5 Masehi .--(foto: BG)

Pandeglang, BantenGate.id Di balik tenangnya aliran Sungai Cidanghiang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, tersembunyi sebuah peninggalan sejarah yang sangat penting bagi Indonesia: Prasasti Cidanghiang.

Bacaan Lainnya

Tapi sayangnya, akses menuju situs bersejarah ini masih memprihatinkan. Warga pun berharap pemerintah turun tangan untuk membangun jalan yang layak agar situs ini bisa lebih mudah diakses dan dikenal luas.

Dari berbagai literasi menyebutkan, Prasasti Cidanghiang adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Tarumanagara, salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang diperkirakan berdiri sekitar abad ke-5 Masehi. Prasasti ini pertama kali dilaporkan ke Dinas Purbakala pada tahun 1947 dan mulai diteliti secara serius pada tahun 1954 oleh para ahli sejarah seperti de Casparis dan Boechari.

Menariknya, tulisan di prasasti ini dibuat dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta—dua unsur budaya yang berasal dari India, yang masuk ke Nusantara bersamaan dengan penyebaran ajaran Hindu dan Buddha pada masa lampau. Bentuk tulisannya berupa seloka atau puisi pendek berirama khas India, yang disebut metrum anustubh.

Aksara Pallawa yang terpahat di dalam prasasti.–(foto: BG)

Ukiran prasasti dipahat langsung di atas batu andesit berukuran sekitar 3,2 x 2,25 meter. Tulisan pada prasasti itu menyebutkan kehebatan Raja Purnawarman, raja besar dari Kerajaan Tarumanagara, yang dikenal sebagai pemimpin bijaksana, pemberani, dan disegani.

Aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta; “Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia, yang Mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja-raja.”

Situs Prasasti Cidanghiang punya potensi luar biasa untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi. Jika tempat ini dikelola dengan baik—bukan cuma warga yang diuntungkan secara ekonomi, tapi generasi muda juga bisa belajar langsung tentang sejarah Indonesia kuno, mengenal aksara dan bahasa lama, serta memahami bagaimana interaksi budaya terjadi di masa lalu.

Sayangnya, meski punya nilai sejarah tinggi, akses menuju lokasi prasasti masih belum memadai. Warga setempat. Mang Marsa (52), dan Mang Mursid (50), warga yan tinggal disekitar prasasti, mengharapkan pemerintah bisa segera membangun jalan menuju situs ini agar bisa mendukung kunjungan wisata budaya dan meningkatkan perekonomian lokal.

“Saya berharap jalan ke Prasasti Cidanghiang dibangun secepatnya. Kalau jalan sudah bagus, pasti banyak yang datang. Warga juga bisa jualan makanan, minuman, atau membuka penginapan kecil,” kata Mang Marsa dan Mang Mursid,  Rabu  23 April 2025.

Menurut Mang Marsa, dulu sempat ada warga yang membuka warung kopi dan penginapan kecil di dekat prasasti, tapi karena kurangnya pengelolaan dan minimnya kunjungan, usaha tersebut tidak bertahan lama.

Meski akses jalan belum memadai, situs ini sudah sering dikunjungi, terutama oleh rombongan pelajar dari berbagai sekolah. Banyak juga pengunjung yang datang dari luar Kabupaten Pandeglang, seperti dari Lebak, Serang, bahkan Jakarta.

“Anak-anak sekolah sering banget ke sini, dari SD sampai SMA. Mereka biasanya datang rombongan buat belajar sejarah. Ada juga yang dari luar kota,” ujar Mang Marsa.—( dimas)

Pos terkait