Pandeglang, BantenGate.id–Wagub Banten, A Dimyati Natakusumah, memberi wejangan tentang Integritas Kepemimpinan pada Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II di Badan Pemgembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Banten Jalan Lintas Timur AMD, Kadumerak, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang, Selasa (24/6/2025).
Di hadapan para pejabat, Wakil Gubernur Banten, A. Dimyati Natakusumah, mengatakan, bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal jabatan. Tapi soal keberanian untuk tetap tegak di tengah badai godaan, tekanan, dan kompromi nilai.
Menurut Dimyati, ada Tiga Ujian di Jalan Kepemimpinan. Ia lalu memetakan tantangan yang tak terhindarkan bagi siapa pun yang memegang tampuk kuasa. Pertama, tekanan politik dan kepentingan. Kedua, jebakan zona abu-abu yang menyuburkan kolusi, korupsi, dan nepotisme. Dan ketiga, sikap permisif—sikap membiarkan pelanggaran kecil yang perlahan menggerogoti organisasi dari dalam.
“Kalau tidak punya jati diri, ASN bisa hanyut dalam arus itu. Pemimpin harus berani berkata ‘tidak’ untuk hal yang salah. Harus punya punggung yang tegak,” ujarnya sambil menatap ke arah peserta yang diam membeku, seperti sedang merenung.
Dalam pelatihan bertajuk Integritas Kepemimpinan itu, Dimyati tidak hanya menyampaikan tantangan. Ia juga menawarkan jalan keluar—sebuah formula sederhana namun krusial untuk menjadi pemimpin yang utuh. Mulai dari kemampuan merencanakan, menyusun anggaran, mengawasi, mengevaluasi, hingga membangun kolaborasi dan menjaga akuntabilitas.
Tapi yang paling penting, menurutnya, adalah kemampuan membangun kepercayaan. “Kepercayaan itu mahal. Ia dibangun dari tindakan kecil yang konsisten. Dari kehadiran, dari kejujuran, dari ketegasan,” ucapnya pelan.
Baginya, integritas bukan slogan. Ia adalah kompas hidup, penentu arah bagi para pemimpin yang ingin benar-benar melayani.
Satu hal lagi yang ditekankan Dimyati adalah pentingnya peran pemimpin daerah sebagai jembatan antara kebijakan pusat dan kebutuhan lokal. “Pemimpin harus bisa menyesuaikan arah angin, tapi jangan sampai kehilangan haluan. Kita dituntut peka terhadap kebutuhan rakyat, tanpa mengabaikan sistem dan aturan,” ungkapnya.
Ia juga mengaitkan pelatihan ini dengan prioritas nasional, seperti visi Astacita Presiden Prabowo Subianto dalam penguatan SDM, serta program-program Gubernur dan Wakil Gubernur Banten yang mendorong pelayanan publik berkualitas.
Pelatihan itu mungkin hanya berlangsung satu hari. Tapi wejangan yang disampaikan Dimyati meninggalkan jejak yang lebih dalam. Bagi peserta, mungkin itu menjadi momen refleksi: bahwa jabatan tinggi tidak sekadar berarti duduk di kursi penting, tapi tentang menjadi suluh di tengah gelap, menjadi teladan di tengah keraguan.
“Kalau kita melaksanakan tugas sesuai ketentuan, niat baik, kerja tulus, Insya Allah akan selamat. Dunia akhirat,” katanya Dimyati–(red)