Pandeglang, BantenGate.id – Gubernur Banten Andra Soni menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dalam memajukan pendidikan keagamaan. Hal itu sampaikan Andra Soni, saat menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Haul ke-15 Tb A Ma’ani Rusdji di Yayasan Perguruan Islam Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama (Malnu), Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Minggu (14/9/2025).
Andra Soni mengatakan, Banten sejak dahulu dikenal sebagai “daerah sejuta santri dan seribu ulama”, dengan banyak ulama besar yang lahir di tanah jawara, di antaranya Syekh Nawawi Albantani, Syekh Asnawi Caringin, Syekh Mansyur, Syekh Abdul Karim, dan Syekh Dimyati. Para ulama itu, lanjutnya, telah berjasa besar dalam mendirikan pondok pesantren dan mengembangkan pendidikan agama Islam.
“Latar belakang itu menjadi komitmen Pemprov Banten agar lembaga pendidikan dan keagamaan mendapat perhatian lebih. Kami mendukung berbagai kegiatan dan program keagamaan, termasuk bantuan sarana dan prasarana untuk lembaga pendidikan,” ujar Andra Soni.
Ia menilai, Malnu memiliki sejarah panjang dalam pengembangan pendidikan keagamaan serta penyebaran Islam bercorak ahlusunnah wal jamaah. Karena itu, Pemprov berharap keberadaan lembaga pendidikan seperti Malnu terus berkembang dengan grand design pendidikan pesantren.
Selain itu, momentum peringatan Maulid Nabi juga disebut Andra sebagai ajang memperkuat persaudaraan antarumat serta menumbuhkan kecintaan dalam membangun bangsa dan Provinsi Banten. “Ulama sebagai pewaris nabi memiliki peran penting dalam tatanan kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Ketua Umum PB Malnu Uuf Zaki Gufron menuturkan bahwa Malnu sejak 1970 telah berperan penting dalam penyebaran pendidikan Islam bercorak ahlusunnah wal jamaah di Pandeglang. Salah satu kontribusi besarnya adalah terobosan memberikan SK kepada lebih dari seribu guru madrasah di Kabupaten Pandeglang.“Dari terobosan itu, alhamdulillah NU sangat jaya di Pandeglang dan para kiainya hidup dengan sejahtera,” ungkapnya.
Lebih jauh, Uuf mengingatkan sejarah penting Malnu sebagai tuan rumah Mukhtamar NU ke-13 pada tahun 1938. Perhelatan itu dihadiri ulama dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara. Pada mukhtamar tersebut, untuk pertama kalinya dua perempuan NU berpidato di hadapan para kiai, yakni Nyai Djuaesih asal Sukabumi dan Siti Syarah dari Menes.–(red)