H. Dudung Permana  Ketua PSL Banten, Dinobatkan sebagai Senopati Agung Karaton Sumedang Larang

H.Dudung Permana, Ketua PSL Banten, dinobatkan sebagai Senopati Agung Karaton Sumedang Larang.--(foto: BG)

Rangkasbitung, BantenGate.idKetua Paguyuban Sumedang Larang (PSL) Banten, H. Dudung Permana, secara resmi dinobatkan sebagai Senopati Agung Karaton Sumedang Larang oleh Sri Radya Karaton Sumedang Larang, PYM Raden H.I. Loekman Soemadisoeria, dalam rangkaian perayaan Milangkala ke-5 PSL Banten yang digelar di Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Jumat malam, 2 Mei 2025.

Bacaan Lainnya

Penobatan berlangsung khidmat seusai sambutan budaya dan penyerahan plakat simbolik berupa miniatur Mahkota Binokasih Sanghyangpake—mahkota warisan Kerajaan Pajajaran yang kini disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang. Penyerahan plakat tersebut menjadi bentuk penghargaan atas kontribusi Dudung Permana dalam pelestarian budaya serta penguatan solidaritas keturunan Sumedang di Banten.

Perayaan Milangkala ke-5 PSL Banten dimeriahkan pagelaran seni Wayang Golek  dari Padepokan Giri Harja 2 Putu, Bandung, Jawa Barat.  Dalang muda berbakat, Khanha Ade Kosasih Sunarya, cucu maestro dalang Ade Kosasih Sunarya, berhasil menyedot puluhan ribu penonton dan tak beranjak menyaksikan hingg akhir di seputar Alun-AlunKota Rangkasbitung, tempat pertunjukan.

Khanha, yang kini berusia 21 tahun dan merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad), membawakan lakon Babad Alas Amer, kisah perjuangan Bima membuka hutan belantara Amer menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Amarta.

Puncak perayaan Milangkala ke-5 PSL Banten, dikolaborasikan dengan  pelaksanaan acara  Seba Baduy Gede. Alun-alun Kota Rangkasbitung dipadati oleh puluhan ribu warga dari berbagai wilayah di wewengkon Banten yang begitu antusias menyaksikan pertunjukan budaya tersebut.

 

Dalang muda dari Padepoan Wayang Golek Giri Harja 2 Putu, Khanha Ade Kosasih Sunarya, bak sebuah magnit berhasil menarik puluhan ribu pentonton menyaksikan pagelaran dengan lakon, Babad Alas Amer.–(foto: BG)

PSL Banten sebagai Perekat Sosial dan Budaya

Dalam sambutannya, H. Dudung Permana menjelaskan bahwa PSL Banten merupakan wadah sosial dan budaya yang menghimpun warga keturunan Sumedang di Provinsi Banten. “Kami menjalin silaturahmi dan berkiprah di berbagai bidang sosial dan budaya. Tujuannya agar kami dapat memberikan manfaat nyata di tanah rantau,” ungkapnya.

Sementara itu, Sri Radya Karaton Sumedang Larang, PYM R.H.I. Loekman Soemadisoeria, berpesan agar anggota PSL dapat menjaga sikap dan kehormatan di tempat mereka bermukim. “Kudu bisa mawa diri,” ujarnya. Ia juga menitipkan warga keturunan Sumedang kepada masyarakat Banten. “Titip saderek, anak jeung incu ka sadayana urang Banten,” tambahnya.

Bupati Lebak, H. Moch. Hasbi Asyidiki Jayabaya, mengapresiasi kekompakan warga keturunan Sumedang di Provinsi Banten. Menurutnya, hal tersebut menjadi modal sosial penting dalam membangun daerah. “Mari hidup rukun dan sauyunan. Saling tolong-menolong dalam kebaikan untuk menyongsong Indonesia Emas 2045,” tuturnya.

Sumedang Larang dan Diaspora Keturunannya di Banten

Dari berbagai literatur dan piturur, bahwa Kerajaan Sumedang Larang berdiri pada sekitar abad ke-15 sebagai penerus sah Kerajaan Sunda setelah runtuhnya Pajajaran. Puncak kejayaan dicapai pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun (1578–1601), yang memantapkan kekuasaan dan mewarisi simbol-simbol kebesaran Sunda, termasuk Mahkota Binokasih Sanghyangpake.

Pada masa itu, dua patih utama kerajaan, Raden Jayasakti dan Raden Jayaperkosa, terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Kesultanan Banten di Cikatomas, Tigaraksa, Tangerang. Konflik ini kemudian didamaikan oleh Syekh Mubarok, seorang ulama besar yang dikenal sebagai penengah dan tokoh spiritual terkemuka pada zamannya.

Setelah masa kejayaan kerajaan berakhir secara politik, keturunan Sumedang Larang menyebar ke berbagai wilayah, termasuk ke Desa Gununanten (Timbanganten) di Kecamatan Cimarga. Penyebaran terbesar berada di wilayah Banten Kidul, terutama di daerah Malingping, Bayah, Cibaliung, Sumur, dan sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

Jejak sejarah menyebutkan bahwa Raden Adipati Ukur Soemadikara, bangsawan Sumedang, yang pernah menjabat sebagai Bupati Bandung, menetap di Banten Kidul. Putranya, Raden Mina, yang lahir di Sumedang dan dikenal sebagai Mualim (tokoh agama). Ia menyusul ayahandanya ke Banten Kidul dan diberi kepercayaan untuk membuka dan menata wilayah yang dikenal dengan nama  Malingping (sekarang).

Nama Malingping diyakini berasal dari kabar masyarakat yang menyebut akan datangnya tokoh besar dari Sumedang. Dalam bahasa lisan, disebutkan “Mualim Sumping” (mualim datang), yang kemudian mengalami perubahan bunyi menjadi Mualim Sumping, dan kemudian menjadi sebuah nama kampung/desa Malingping.

Keturunan Raden Adipati Ukur Soemadikara, keturuan  Raden Mina, kini berkembang dan menetap di berbagai desa dan kota di wilayah Banten selatan, terutama di Bayah, Sawarna, Cibaliung, Sumur, dan kawasan pesisir Laut Banten Kidul.—(red)

Pos terkait