Tradisi Seba Baduy 2025 di Lebak: Simbol Adat, Alam, dan Persaudaraan

Tradisi Seba Baduy 2025 di Lebak: Simbol Adat, Alam, dan Persaudaraan
Foto : Ridwan/BG

LEBAK – Ribuan masyarakat adat dari Suku Baduy Dalam hingga Baduy Luar kembali menyusuri jalanan Kabupaten Lebak dengan penuh khidmat dan ketenangan, menunaikan tradisi tahunan Seba Baduy 2025—sebuah simbol persaudaraan, pelestarian budaya, dan penghormatan terhadap pemerintah daerah.

Bacaan Lainnya

Sejak Jumat (2/5/2025) sore, sekitar 1.760 warga Baduy tiba di Pendopo Lebak. Pada pukul 15.00 WIB, barisan warga Baduy Dalam dan Luar mulai memasuki wilayah Rangkasbitung dengan mengenakan pakaian adat khas mereka.

Mereka memanggul hasil bumi seperti pisang, gula aren, dan madu hutan yang akan diserahkan sebagai simbol persembahan kepada pemerintah daerah di Pendopo Bupati Lebak.

Tradisi Seba Baduy bukan sekadar seremonial, tetapi sebuah ritual adat yang sarat makna spiritual dan sosial. Dalam prosesi ini, warga Baduy menyampaikan pesan dari para tetua adat: menjaga kelestarian alam dan memperkuat nilai kebersamaan di tengah masyarakat modern.

“Saya datang dari Kanekes. Ini bukan hanya jalan kaki, tapi perjalanan hati. Seba ini pesan untuk semua: jangan lupa alam, jangan lupa adat,” ujar Sarna (40), salah seorang peserta Seba dari Baduy Luar.

Antusiasme juga tampak dari masyarakat Lebak yang memadati sisi jalan untuk menyambut dan mengabadikan momen sakral ini. Warga memberikan dukungan, bahkan sebagian menyediakan air minum dan makanan ringan bagi para pejalan kaki adat tersebut.

“Saya dari Rangkasbitung. Setiap tahun selalu menunggu momen ini. Ini budaya yang patut dijaga, karena tak semua daerah punya tradisi sedalam ini,” kata Tati (39), warga setempat yang hadir bersama keluarganya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Lebak menyambut rombongan dengan pengamanan dan pengawalan yang tertib, serta menyiapkan panggung penyambutan dan tempat peristirahatan di sekitar Pendopo.

Seba Baduy 2025 bukan hanya menjadi bentuk penghormatan warga Baduy terhadap pemerintah, tetapi juga menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat untuk menjaga warisan leluhur, mencintai alam, dan menghormati nilai-nilai hidup sederhana yang penuh makna.

Sebuah pesan bijak dari pegunungan, dititipkan bagi mereka yang tinggal di kota. (ridwan)

Pos terkait