Tangerang, BantenGate.id— Wakil Bupati (Wabup) Tangerang, Intan Nurul Hikmah, menegaskan pentingnya komitmen bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Hal tersebut disampaikannya saat membuka Pertemuan Tim Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Tangerang yang digelar di Hotel Vega Gading Serpong, Rabu (26/11/2025).
Dalam sambutannya, Wabup Intan meminta seluruh komponen terkait bekerja lebih optimal sesuai tugas dan fungsinya agar penurunan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Tangerang dapat terus ditingkatkan.
“Saya mohon semua komponen terus meningkatkan komitmen bersama untuk berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Setiap kelompok kerja harus menjalankan tupoksinya secara optimal sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi sesuai yang diharapkan,” ujarnya.
Berdasarkan data, Kabupaten Tangerang masih termasuk wilayah rawan. Pada 2024 tercatat 34 kasus kematian ibu dan 214 kasus kematian bayi. Sementara periode Januari–Oktober 2025 mencatat 17 kasus kematian ibu dan 171 kematian bayi. Meski menunjukkan tren penurunan, Wabup Intan menegaskan bahwa semua pihak tidak boleh lengah.
“Walaupun tahun 2025 grafik kematian ibu dan bayi menurun, kita tetap harus melakukan langkah antisipasi dan penanganan yang efektif untuk terus menekan angka kematian,” tandasnya.
Ia menilai Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang telah dicanangkan sejak 16 Januari 2014 sebagai program strategis yang harus dijaga keberlanjutannya.
“Gerakan ini sangat krusial dalam mempersiapkan Generasi Emas 2045. Setiap nyawa ibu dan anak yang berhasil kita selamatkan hari ini adalah bagian dari keberhasilan besar bangsa di masa depan,” katanya.
Wabup Intan juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh perangkat daerah, tenaga kesehatan, dan para mitra yang telah menunjukkan dedikasi dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan bayi.
“Mari kita jaga semangat kerja sama, gotong royong, dan kolaborasi agar pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Tangerang semakin optimal,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dr. Hendra Tarmidzi, memaparkan bahwa kasus kematian ibu di tahun 2025 banyak disebabkan oleh komplikasi kehamilan seperti eklamsia yang terlambat ditangani.
“Biasanya ibu hamil mengalami eklamsia atau hipertensi yang memicu kejang. Ketika terlambat dibawa ke rumah sakit, penanganannya juga terlambat sehingga mengakibatkan kematian,” jelas Hendra.
Ia berharap pertemuan tersebut dapat memperkuat kemampuan Puskesmas, klinik, bidan praktek mandiri, dan rumah sakit dalam menerapkan langkah yang tepat dalam penanganan kesehatan ibu dan anak.
“Ini tugas kita bersama. Jangan sampai ada kematian karena kesalahan penanganan. Pencegahan harus dimulai dari Puskesmas, klinik, bidan, hingga rumah sakit. Penanganannya harus benar—tidak boleh ada kematian lagi,” tegasnya.–(red)








