Oleh, Sudirman Indra
KABUPATEN Tangerang dikenal sebagai kawasan penyangga ibu kota dengan pembangunan yang kian pesat, termasuk di wilayah Kecamatan Solear. Namun di tengah laju pertumbuhan properti dan padatnya permukiman, Desa Cikasungka, justru menghadapi ironi: belum memiliki Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN).
Desa Cikasungka berpenduduk sekitar 17 ribu jiwa lebih dan berada di lokasi yang sangat strategis—diapit Stasiun Tigaraksa dan Stasiun Cikoya, serta dikelilingi sejumlah perumahan besar seperti Podomoro, Citra Maja, dan Batara Parkview di jalur Cisoka–Maja. Tapi hingga kini, tidak ada fasilitas pendidikan menengah atas negeri yang bisa diakses oleh warga secara langsung.
Karena tidak ada SMAN di sekitar desa, anak-anak usia sekolah dari Desa Cikasungka terpaksa sekolah ke luar zona, seperti ke SMAN Tigaraksa atau SMAN Cisoka. Namun banyak dari mereka tidak tertampung karena sistem zonasi yang membatasi kuota berdasarkan domisili.
Kondisi ini bahkan mendorong beberapa orang tua menitipkan administrasi kependudukan (Adminduk) anaknya agar bisa sekolah ke SMAN Maja yang berada di wilayah Kabupaten Lebak. Desa Cikasungka dengan Maja hanya dibatasi oleh Kali Cidurian. Jaraknya relatif dekat dan bisa ditempuh dengan waktu kurang dari 30 menit, asalkan jalan tidak sedang macet parah karena angkutan truk muatan tanah.
Kondisi belum tersedianya prasarana pendidikan, mencerminkan betapa masyarakat di Kecamatan Solear, Tangerang, masih sulit dalam mengakses pendidikan negeri yang seharusnya bisa dinikmati setiap warga negara tanpa diskriminasi administratif.
Warga Siap Hibahkan Tanah
Aspirasi warga Desa Cikasungka sudah disampaikan ke Dinas Pendidikan Provinsi Banten. Perwakilan warga, pernah beraudiensi dengan Asisten Daerah I Pemprov Banten, Komarudin. Hasilnya cukup menggembirakan. “Pemprov siap merealisasikan dan menyiapkan anggaran pembangunan SMAN di Cikasungka. Tapi lahan harus sudah tersedia,” kata Komarudin dalam pertemuan itu.
Kepala Desa Cikasungka, HM. Supryadi, bersama para tokoh masyarakat menyatakan kesiapan menyediakan lahan untuk lokasi pembangunan SMAN seluas 10.000 M2. Pemerintah Desa Cikasungka akan menghibahkan tanah aset desa seluas 5.000 m2 dan hibah dari salah seorang warga seluas 5.000 M2. Lokasi tanah ini berada di titik strategis antara dua stasiun kereta api Cikuya dan Tigaraksa.
Ada Lahan Terbengkalai
Diluar lahan hibah dari warga, terdapat alternatif lain. Desa Cikasungka terdapat 2 (dua) lokasi lahan Fasos/Fasum pengembang perumahan Adiyasa. Lahan tersebut seluas 17.383 m2 diperuntukan Taman Pemakaman Umum (TPU) dan lahan seluas 7.150 M2.
Masyarakat diatas dua lokasi lahan fasos/fasum tersebut menolak untuk TPU, karena berdekatan dengan perumahan. Dan hingga sekarang, ke dua lokasi lahan tersebut belum dimanfaatkan. Seiring dengan kebutuhan prasarana pendidikan, masyarakat mengusulkan agar lahan Fasos/Fasum seluas 17.383 M2 bisa digunakan untuk lahan pembangunan SMAN. Sementara lahan seluas 7.150 M2 untuk TPU.
Akses pun semakin terbuka. Pengembang Batara Parkview bahkan sudah membangun jalan penghubung dari perumahan menuju dua stasiun kereta api terdekat. Rencana pembangunan jalan penghubung dari Stasiun Tigaraksa ke Stasiun Cikoya dan hingga ke wilayah Maja juga sedang dikaji oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tangerang bersama OPD terkait dan perwakilan warga sudah mengadakan pertemuan, sebagai tindaklanjuti usulan pembangunan SMAN, pada tanggal 30 April 2024. Peserta rapat setuju dan mengusulkan kepada Bupati Tangerang, terkait Fasos/Fasum untuk bisa digunakan lokasi pembangunan SMAN, kecuali dari OPD bagian aset yang tidak setuju. Anggaran untuk pembangunan SMAN di Cikasungka sudah masuk di APBD Provinsi Banten Tahun 2025.
Pembangunan SMAN di Cikasungka bukan hanya soal memenuhi hak pendidikan, tetapi juga soal membangun masa depan. Pendidikan menengah atas adalah pondasi penting dalam membentuk SDM unggul dan kompetitif.
Dengan adanya SMAN di Cikasungka, Solear, anak-anak tidak perlu lagi menempuh perjalanan jauh atau orang tua “mengakali” adminstrasi dokumen kependudukan demi bisa anaknya sekolah. Lebih dari itu, keberadaan sekolah negeri akan membuka peluang kolaborasi dengan sektor ekonomi lokal, seperti UMKM dalam pengembangan wirausaha muda berbasis potensi desa.
Desa Cikasungka memiliki dua kekuatan utama yang belum sepenuhnya dimaksimalkan: sumber daya manusia muda dan sumber daya alam yang masih menganggur. Tanpa dukungan fasilitas pendidikan formal, kedua potensi ini akan sia-sia dan hanya menjadi beban pembangunan.
Pendidikan adalah instrumen untuk membentuk karakter, membuka wawasan, dan membekali keterampilan hidup. Di saat yang sama, lahan-lahan tidak produktif harus mulai diarahkan untuk kepentingan rakyat, bukan hanya jadi obyek investasi tak tersentuh.—(***)
*). Penulis warga Solear Kabupaten Tangerang, pegiat pendidikan dan sosial