Oleh Sudirman Indra
Selandia Baru, negeri yang dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, bukan hanya menyajikan pemandangan hijau yang menenangkan mata, tetapi juga menyimpan cerita sukses luar biasa dalam dunia peternakan. Negara ini telah lama dikenal sebagai penghasil daging domba dan susu terbesar di dunia. Namun, apa yang membuat peternak di Selandia Baru begitu makmur? Jawabannya terletak pada kombinasi antara teknologi canggih, kebijakan yang mendukung, dan hubungan harmonis dengan alam.
Dalam setiap sudut pedesaan Selandia Baru, peternakan bukan sekadar sebuah usaha, melainkan gaya hidup yang sudah terintegrasi dengan baik dalam sistem perekonomian negara. Setiap hektar lahan yang digunakan untuk peternakan dirancang dengan hati-hati, dengan perhatian khusus pada keberlanjutan dan kesejahteraan hewan. Di Selandia Baru, peternak tidak hanya bekerja untuk menghasilkan produk ternak yang berkualitas, tetapi juga bertanggung jawab terhadap kesejahteraan lingkungan sekitar.
Salah satu faktor utama kesuksesan peternakan di negara ini adalah teknologi. Sistem peternakan yang modern, seperti automated milking systems atau sistem pemeliharaan ternak yang sepenuhnya terintegrasi dengan teknologi GPS, memungkinkan peternak untuk memantau kesehatan dan pergerakan ternak secara real-time. Dengan bantuan teknologi ini, peternak bisa lebih efisien dalam mengelola waktu dan sumber daya. Mereka dapat memastikan bahwa setiap ternak mendapatkan perawatan terbaik, dan bahkan melakukan inovasi di bidang pengelolaan pakan yang lebih ramah lingkungan.
Namun, meski teknologi menjadi kekuatan utama, Selandia Baru tetap menjaga prinsip dasar yang sangat penting dalam dunia peternakan: keharmonisan dengan alam. Peternakan di sana sangat bergantung pada padang rumput alami yang luas, memberikan ruang bagi domba untuk bergerak bebas, merumput, dan berkembang dengan cara yang paling alami. Ini sangat berbeda dengan model peternakan intensif yang lebih mengutamakan hasil dalam waktu singkat, yang sering kali memengaruhi kualitas hidup hewan ternak.
Begitu besar peran alam dalam keberhasilan peternakan di Selandia Baru, sampai-sampai mereka menyebutnya sebagai “The Land of Milk and Honey”. Produk-produk susu mereka dikenal akan kualitasnya yang luar biasa, berkat pakan alami yang diberikan kepada ternak dan iklim yang mendukung. Bahkan, Selandia Baru mengekspor hampir 40% produk susunya ke lebih dari 100 negara, menjadikannya salah satu pemain utama dalam industri susu global.
Sementara itu, Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah masih berjuang untuk mengoptimalkan potensi sektor peternakan. Peternak di tanah air menghadapi banyak tantangan, mulai dari minimnya akses ke teknologi yang efisien, keterbatasan modal, hingga masalah distribusi produk yang tidak merata. Belum lagi, isu pencurian ternak yang masih terjadi di beberapa daerah, yang semakin memperburuk kondisi para peternak. Padahal, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam bidang peternakan, baik itu untuk sapi, kambing, maupun unggas.
Namun, ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari Selandia Baru. Peternakan yang berhasil tidak hanya bergantung pada faktor teknologi atau modal semata, tetapi juga pada hubungan yang harmonis dengan alam. Di Indonesia, kita bisa melihat contoh dari suku Baduy di Banten yang hidup selaras dengan alam. Suku Baduy, yang dikenal dengan gaya hidup tradisionalnya, sangat menjunjung tinggi prinsip keseimbangan dengan alam. Mereka meyakini bahwa alam dan manusia harus hidup berdampingan tanpa saling merusak.
Keberlanjutan dan keseimbangan adalah prinsip yang sangat mereka jaga. Dalam kehidupan sehari-hari, suku Baduy tidak menggunakan teknologi modern yang dianggap dapat merusak alam. Mereka juga sangat berhati-hati dalam memanfaatkan sumber daya alam, hanya mengambil apa yang mereka butuhkan dan tidak lebih. Ini terlihat dari cara mereka mengelola hutan, sumber air, dan tanah pertanian secara bijak, dengan cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Meskipun tidak memiliki teknologi canggih seperti di Selandia Baru, suku Baduy mampu mempertahankan kelestarian alam mereka selama berabad-abad.
Nilai-nilai yang dimiliki suku Baduy ini sangat relevan diterapkan dalam sektor peternakan modern di Indonesia. Suku Baduy mengajarkan bahwa keberlanjutan dan keseimbangan dengan alam adalah kunci untuk menjaga kesejahteraan jangka panjang. Jika kita bisa mengadopsi kearifan lokal ini dan menggabungkannya dengan teknologi dan kebijakan yang mendukung, Indonesia dapat mengembangkan sistem peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga perlu memberikan perhatian lebih terhadap sektor ini dengan memperkenalkan kebijakan yang mendukung peternak kecil dan menengah, serta memfasilitasi akses teknologi yang lebih baik. Menggabungkan prinsip-prinsip keberlanjutan yang dimiliki suku Baduy dengan teknologi peternakan modern bisa menjadi jalan tengah yang sangat potensial bagi Indonesia. Dengan cara ini, peternakan di Indonesia tidak hanya bisa berkembang pesat, tetapi juga menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Selandia Baru menunjukkan kepada kita bahwa dengan keseimbangan yang tepat antara teknologi, kebijakan yang mendukung, dan hubungan yang harmonis dengan alam, peternakan bisa menjadi sektor yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan kesejahteraan sosial. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia, yang sedang berusaha membangun sektor peternakan yang lebih baik di masa depan.