Desi Pekerja Migran Indonesia Warga Kab.Lebak: “Ingin Pulang, Tubuh Tak Kuat Lagi Bekerja”

Keluarga Desi, warga Cibadak, Kabupaten Lebak.--(foto: ridwan)

Lebak, BantenGate.id— Di tengah kerasnya kehidupan di negeri orang, Desi Dwiyanti, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, hanya ingin satu hal: pulang ke pelukan keluarga di Tanah Air. Wanita muda berusia 22 tahun ini, yang juga seorang ibu tunggal dari satu anak, saat ini tengah berada di Riyadh, Arab Saudi, dan bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Bacaan Lainnya

Namun, kondisi fisik Desi terus menurun. Dalam beberapa bulan terakhir, ia kerap jatuh sakit, merasa lemah, bahkan sering pingsan. Lewat sambungan telepon, ia mengabarkan kepada keluarganya bahwa dirinya sudah tidak kuat lagi bekerja.

“Katanya sering sakit dan cuma dikasih obat Panadol. Kalau minta dibawa berobat, nggak diantar. Udah beberapa kali pingsan juga,” kata  Udi,  ayahnya Desi, saat ditemui di rumahnya di Kampung Kongsen, Lebak, dengan raut wajah penuh kekhawatiran, Selasa (15/4/2025).

Lebih dari sekadar sakit fisik, Desi juga mengalami tekanan mental selama bekerja. Ia kerap dimarahi bahkan dipotong gajinya karena hal-hal sepele.

“Katanya waktu masak makaroni keasinan, langsung dipotong gaji 150 Riyal. Padahal gaji total cuma seribu Riyal. Anak saya juga belum lancar berbahasa Arab. Tapi dia ke sana karena punya mimpi, pengen ngebahagiain keluarga, beli rumah,” ucap Udi.

Jurnalis Bantengate.id, berhasil komunikasi dengan  Desi  melalui sambungan seluler dan menceritakan pengalaman pahit yang ia alami di rumah majikannya. “Aku udah capek banget, kak… Majikan cerewet banget. Kalau marah bisa main tangan. Kemarin aku dibalangin muka pakai daun bawang gara-gara salah naruh di kulkas. Aku udah nggak kuat,” kata Desi dengan suara bergetar.

Menurut Desi, ia  menyampaikan kepada keluarga ingin pulang karena sakit. Tapi jawaban keluarga, cuma sabar dan sabar,” kata Desi dengan suara lirih.

Nining Widianingsih, seorang relawan kemanusiaan, menyebut Desi kemungkinan besar merupakan korban penyaluran tenaga kerja non-prosedural.  “Berdasarkan informasi keluarga, Desi berangkat lewat jalur ilegal. Penyalurnya berinisial SK, dan tidak tercatat di Dinas Tenaga Kerja. Bahkan tidak jelas status perusahaan penyalur tenaga kerjanya,” ungkap Nining.

Ia menambahkan bahwa Desi sempat menerima sejumlah uang setelah tes kesehatan, sebesar Rp2,5 juta — uang yang disebut “feeds” oleh pihak perekrut.

“Kami dari relawan akan bantu semaksimal mungkin. Tapi kami mohon juga perhatian dari Pemerintah Kabupaten Lebak, Pemerintah Provinsi Banten dan Kementerian Luar Negeri, serta  semua pihak terkait untuk segera menolong Desi,” kata Nining.—(ridwan)

Pos terkait